Beranda Psikologi 5 Fakta Psikologi yang Berguna dalam Kehidupan Sehari-hari

5 Fakta Psikologi yang Berguna dalam Kehidupan Sehari-hari

Mencatat pelajaran
Mencatat pelajaran di buku tulis

Terdiri lebih dari seratus miliar neuron, otak adalah salah satu komponen paling kompleks tubuh kita. Otak pulalah yang mengontrol segala macam aktivitas tubuh seperti bergerak, berbicara, melakukan sesuatu, dan semua fungsi lainnya. Dengan beberapa trik psikologis, sebenarnya kita dapat mengontrol otak kita sendiri atau lebih khususnya mengendalikan pikiran dan tindakan guna mencapai tujuan atau maksud tertentu. Berikut ini kami rangkumkan beberapa fakta psikologi, yang jika diterapkan akam sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari:

Orang yang menulis pelajaran dengan tangan memiliki ingatan dan pemahaman lebih mendalam dibanding mereka yang mencatat dengan laptop

Belakangan ini muncul pemahaman keliru banyak orang mengatakan bahwa mencatat dengan laptop di dalam kelas dapat meningkatkan prestasi akademik seorang. Hal ini menurut mereka karena mengetik di laptop secara signifikan lebih cepat daripada harus menulisnya secara manual di buku. Jadi dengan menulisnya di laptop atau komputer, maka seseorang akan mendapatkan informasi lebih cepat dan banyak dibanding menulisnya di buku.

Namun penelitian terbaru oleh PAM Mueller dan Daniel Oppenheimer membuktikan bahwa faktanya tidaklah demikian. Menurut penelitian, siswa yang mencatat pelajaran dengan tangan secara bersamaan juga menggunakan berbagai jenis kemampuan pemrosesan kognitif dibandingkan siswa yang mencatat dengan laptop. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan belajar mereka. Menulis tangan pada dasarnya memang lebih lambat daripada mengetik di laptop. Sehingga, siswa tidak dapat menuliskan setiap kata yang dikatakan oleh guru atau dosen. Sebaliknya, mereka akan lebih berusaha mendengarkan, mencerna, memahami, dan meringkas sebelum mencatatnya di buku tulis. Jadi meskipun catatannya sedikit, siswa paham materi inti yang diajarkan. Daripada menulis setiap yang diucapkan pendidik, namun tidak memahami maksudnya.

Harapan yang kuat dapat meningkatkan kinerja dan hasil lebih baik. Sebaliknya, harapan yang lemah dapat menurunkan kinerja secara drastis

Fenomena dimana harapan yang kuat dapat menigkatkan kinerja seseorang dikenal secara umum sebagai “pygmalion efek” atau “Rosenthal efek”, pertama kali dipopulerkan oleh profesor Robert Rosenthal. Untuk membuktikan pernyataannya tersebut, ia melakukan percobaan di sebuah sekolah dasar California dan menemukan bahwa ketika para guru menyadari adanya siswa yang memiliki kesempatan sukses lebih tinggi, harapan untuk mengajar mereka semakin meningkat. Dengan demikian, para guru tersebut cenderung memberi perhatian lebih kepada siswanya dan juga kadang-kadang memberi perlakuan yang berbeda. Pada dasarnya, guru sadar berperilaku demikian, yang mendorong mereka sukses. Hal ini memiliki efek positif pada siswa, dan kinerjanya juga meningkat menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berlaku di tempat kerja, dimana harapan seorang pemimpin perusahaan dapat mengubah perilaku karyawan dan sebaliknya.

Berbicara dengan diri sendiri meningkatkan konsentrasi dan ingatan mental

Berbicara dengan diri sendiri umumnya dianggap sebagai perilaku yang tidak wajar bagi kebanyakan orang. Faktanya, berbicara dengan diri sendiri bagi orang yang tidak memiliki masalah kejiwaan adalah normal dan sehat. Untuk membuktikan ini, percobaan dilakukan di Bangor University. Di bawah pengawasan, para peserta diminta untuk membaca instruksi tertulis baik diam-diam atau keras. Hasil penelitian menunjukkan, orang-orang yang membaca petunjuk dengan keras memiliki tingkat konsentrasi dan kinerja mental yang lebih baik.

Menerima emosi negatif membantu mendapatkan kembali dan mempertahankan ketenangan pikiran.

Menurut norma sosial, umumnya kita sering memaksa diri untuk menyembunyikan perasaan negatif seperti kemarahan dan kebencian. Namun menurut fakta penelitian psikologis justru sebaliknya. Kita tidak boleh menyembunyikan atau bahkan menolaknya, melainkan kita harus mencoba untuk menerima emosi-emosi negatif tersebut secara lapang dada. Menerima emosi negatif dapat membantu kita untuk mempertahankan ketenangan pikiran dan akan berdampak baik bagi kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa hal ini dapat membantu kita untuk menjadi pribadi yang tangguh secara emosional.

Selain itu, menyadari sisi gelap emosi diri sendiri juga bisa menurunkan kecemasan dan depresi. Sebuah studi yang dilakukan oleh tiga peneliti dari University of California, Berkeley, menunjukkan bahwa kebiasaan menerima apa adanya secara legowo berdampak positif bagi kesehatan secara psikologis dan meningkatkan perasaan kepuasan dalam hidup seseorang. penelitian juga membuktikan bahwa ketika orang-orang biasa mulai menerima emosi negatif, mereka merasakan adanya peningkatan level kesejahteraan hidup.

Orang tua yang otoriter justru akan mengubah anaknya menjadi seorang pembohong ulung karena mereka takut berterus terang dengan menipu perilaku untuk menghindari hukuman

Anak-anak memiliki pola pemikiran mereka sendiri dan seringkali tidak setuju dengan pandangan orang tua. Dalam kasus seperti itu, orang tua biasanya mengambil langkah-langkah ketat untuk membuat anak-anak menjadi patuh. Penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan sikap otoriter dari orang tua justru dapat mengubah perilaku anak-anak menjadi pembohong. Mereka berbohong sehingga dapat menghindari hukuman. Menurut Victoria talwar, pakar psikologi anak dari McGill University, ketika anak-anak sering terkena hukuman dari orangtua yang otoriter, mereka mulai belajar bagaimana cara menipu orang tuanya sendiri.

Dalam kasus-kasus tertentu, sikap berbohong pada anak juga tidak selalu pertanda buruk. Dikarenakan berbohong juga bisa menjadi sinyal bahwa anak sedang mengembangkan ketrampilan psikologis khusus. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak bisa berpikir secara non linier dan juga mengetahui baik buruknya sikap jujur dan berbohong.