Beranda Kesehatan 5 Manfaat Ajaib Puasa, Salah Satunya Bikin Umur Panjang

5 Manfaat Ajaib Puasa, Salah Satunya Bikin Umur Panjang

Puasa telah dipraktikkan dan menjadi tradisi selama ribuan tahun. Agama-agama besar seperti Islam, Yahudi, Kristen, Budha, dan Hindu juga menggunakan puasa sebagai salah satu landasan dalam beragama.

Puasa menahan makan dan minum
Puasa menahan makan dan minum

Namun, manfaat kesehatan dari berpuasa belum benar-benar diakui di barat sampai awal 1900-an ketika ada seorang dokter mulai merekomendasikannya untuk pengobatan berbagai penyakit, seperti obesitas dan diabetes. Banyak penelitian kemudian dilakukan untuk mengetahui secara pasti manfaat akan puasa itu sendiri bagi kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:

1. Penurunan Berat Badan (berlebihan)

Puasa, jika dilakukan dengan benar, sebenarnya dapat membantu menurunkan berat badan. Penelitian menunjukkan bahwa puasa intermiten, yang mencakup segalanya mulai dari makan 500 kalori atau kurang dua hari setiap minggu hingga melewatkan sarapan atau makan siang pada hari-hari tertentu dalam seminggu. Rutinitas ini memungkinkan tubuh membakar lemak lebih efektif daripada puasa biasa. Ini karena puasa intermiten mendorong tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi utama daripada gula. Baca selengkapnya artikel tentang Puasa Intermiten.

2. Perlindungan terhadap penyakit degeneratif

Para peneliti di National Institute on Aging di Baltimore menemukan bahwa puasa selama setidaknya satu atau dua hari setiap minggu dapat melindungi otak dari efek Alzheimer, Parkinson dan penyakit degeneratif lainnya. Hal ini disinyalir karena penurunan asupan kalori meningkatkan jumlah bahan kimia pembawa sinyal seluler yang mempromosikan pertumbuhan neuron, sebuah proses yang melawan efek penyakit Alzheimer dan Parkinson.

3. Umur Panjang

Dalam sebuah penelitian ilmiah menemukan bahwa pembatasan saupan kalori, lewat berpuasa, dapat memperpanjang harapan hidup pada hewan. Penelitian baru menunjukkan bahwa praktik ini mungkin memiliki beberapa manfaat kesehatan bagi manusia, termasuk menurunkan kadar hormon yang disebut IGF-1 (faktor pertumbuhan mirip insulin).

IGF-1 adalah protein yang diproduksi oleh hati dan salah satu kekuatan pendorong sel reproduksi, yang paling membantu dalam masa-masa pertumbuhan. Namun demikian, kadar IGF-1 yang tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara, prostat dan kolorektal.

Sedangkan tingkat yang lebih rendah dari hormon tersebut diketahui dapat menurunkan risiko terkena kanker semacam itu. Tubuh akan beralih dari mode pertumbuhan ke mode perbaikan ketika tidak lagi memiliki akses ke makanan. Beberapa gen perbaikan juga menjadi aktif ketika tingkat IGF-1 turun.

4. Meningkatkan sensitivitas insulin

Puasa intermiten secara positif memengaruhi sensitivitas insulin, memungkinkan toleransi gula dan karbohidrat yang lebih baik daripada jika Anda tidak berpuasa. Sebuah penelitian yang melibatkan delapan pria muda dan sehat menunjukkan bahwa mereka memiliki peningkatan aksi insulin pada pengambilan glukosa setelah periode puasa tertentu.

Para peserta diminta untuk berpuasa setiap dua hari selama 20 jam mulai pukul 10 malam. dan berakhir pada pukul 6 malam. Puasa berlangsung selama 2 minggu, dengan total 7 kali periode pusa. Mereka disuruh makan seperti biasanya, kecuali dua hari sebelumnya harus melakukan pengukuran insulin. Selama hari-hari ini mereka harus makan 250 g karbohidrat setiap hari.

Pada akhir penelitian, berat badan peserta dan lemak tubuh tidak berubah. Glukosa plasma dan kadar insulin plasma setelah puasa 8 jam tetap sama seperti sebelum periode puasa intermiten. Namun, para peneliti memperhatikan peningkatan aksi penyerapan glukosa. Kemungkinan setelah periode puasa intermiten, insulin pada tubuh peserta lebih bekerja efektif dalam membantu sel untuk mengambil glukosa dari darah

5. Meremajakan sistem kekebalan tubuh

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Southern California menunjukkan bahwa puasa selama tiga hari mendorong sel induk untuk meregenerasi sel darah putih baru, meremajakan seluruh sistem kekebalan tubuh.

Hasil dari percobaan dengan tikus dan percobaan klinis manusia fase satu mengungkapkan bahwa puasa berdurasi lama menurunkan kadar sel darah putih. Pada tikus, puasa membunuh sel-sel kekebalan yang tua dan rusak sembari memicu regenerasi sel-sel kekebalan baru berbasis sel induk. Puasa juga menurunkan kadar IGF-1, hormon faktor pertumbuhan yang terkait dengan penuaan, kanker, dan tumor.

Percobaan klinis, di sisi lain, melibatkan beberapa pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Setelah berpuasa selama tiga hari sebelum menerima kemoterapi, para peneliti mencatat bahwa pasien menjadi kurang terpengaruh akan efek toksiknya.