Beranda Wisata Ada Surga Tersembunyi di Desa Tangkahan Sumatera Utara

Ada Surga Tersembunyi di Desa Tangkahan Sumatera Utara

Gajah mandi di sungai
Melihat pemandangan sekelompok gajah mandi di sungai

Terletak di kaki Gunung Leuser, Tangkahan sebelumnya dikenal kurang mengenakkan sebagai pusat penebangan hutan liar. Ratusan pohon ditebang setiap hari. “Kayu ulin, kayu cendana, kami menebang setiap pohon,” kata seorang warga lokal Juan Ika Sitepu (40).

Ika mengakui bahwa ia dulunya adalah seorang penebang liar. “Kami melakukan segalanya untuk mencari nafkah. Ayah kami, kakek, paman semuanya penebang liar. Beberapa dari mereka telah ditangkap oleh polisi dan ditahan, ”katanya.

Untungnya, itu terjadi dua dekade lalu. Saat ini, desa tersebut adalah salah satu surga tersembunyi di Sumatera Utara. Tidak ada lagi pembalakan liar. Tidak ada lagi kayu di sepanjang Sungai Batang Serangan. Ekosistem hutan hujan dipulihkan, dan sekarang Tangkahan terkenal sebagai ekowisata yang berpusat pada gajah.

Sungai Buluh di Bangkahan
Sungai Buluh di Bangkahan

Warga dibangunkan kesadarannya oleh banjir bandang di Bukit Lawang pada tahun 2003 yang menewaskan sedikitnya 200 orang dan menghancurkan ratusan tempat tinggal. “Kami mengadakan pertemuan dengan operator Taman Nasional Gunung Leuser,” kenang Ika, seraya menambahkan bahwa penduduk setempat setuju untuk menahan diri dari praktik pembalakan liar.

Program pemulihan itu tidak mudah. Warga setempat melakukan protes karena kehilangan penghasilan. “Saat itu, kami mendapat penghasilan Rp3 juta per minggu karena memasuki hutan dan menebang pohon,” katanya.

Namun, upaya menghasilkan desa ekowisata perlahan membuahkan hasil. Berbagai pelatihan didirikan dengan bantuan Kementerian Lingkungan Hidup dan banyak organisasi non-pemerintah (LSM), mulai dari memasak, menjelajahi alam, hingga kursus bahasa Inggris.

Ika Sitepu dan temannya Jack Lingga mengenang perjalanan mereka dengan rasa bangga. “Sekarang, kami bukan lagi penebang liar. Kami adalah penjaga hutan, pelindung hutan, ”kata Jack Lingga. Sambil mengantar wisatawan menjelajahi hutan, mereka melakukan patroli hutan.

“Jika seseorang melanggar peraturan, menebang pohon tanpa alasan kuat, kami akan membawa orang itu ke pertemuan desa,” Jack menegaskan.

Sepanjang 2018, diperkirakan sekitar 30.000 wisatawan telah mengunjungi desa itu. Jika setiap turis menghabiskan Rp250.000 untuk tiket masuk dan akomodasi ekowisata, maka pendapatan daerah akan mencapai Rp7,5 miliar per tahun.

Program ekowisata di Tangkahan memberikan kehidupan yang baik bagi penduduk setempat, baik dalam bisnis penginapan, pasokan makanan dan minuman, perawatan gajah, dan pemandu wisata untuk menjelajahi hutan. Lingkungan Taman Nasional Gunung Leuser dan hutan tetap terjaga dengan baik.