Beranda Dunia Diogo Alves, Pembunuh Berantai Sadis yang Diawetkan dalam Toples

Diogo Alves, Pembunuh Berantai Sadis yang Diawetkan dalam Toples

Siapa Diogo Alves?

Pembunuh berantai
Kepala Diogo dalam toples

Diogo Alves adalah seorang pembunuh berantai kelahiran Spanyol paling ditakuti dan kesohor di zamannya. Dalam sekali hidupnya, ia telah membunuh tujuh puluh orang dari tahun 1836 hingga 1840. Diogo dilahirkan sebagai petani dan mulai bekerja di Lisbon pada usia 19 tahun. Karena usianya yang masih muda, ia lalu diangkat menjadi pelayan bagi keluarga orang kaya. Namun, setelah berganti pekerjaan, dia justru memiliki kebiasaan buruk suka berjudi dan minum-minuman keras. Dalam kehidupan asmara, ia punya seorang kekasih, pemilik penginapan Palhava Maria Gertrudes.

Diyakini bahwa berawal dari hubungan dengan pemilik penginapan inilah yang menyebabkan Diogo mulai suka membunuh pada tahun 1836.

Diogo biasa melakukan tindak kriminal suka mencuri dan memalsukan kunci-kunci apa pun. Keahlian ini pula yang membuatnya berhasil membobol akses ke Reservato de Mae Aguas das Amoreiras. Lokasi pembunuhan favoritnya adalah, sebuah galeri bawah tanah yang mengarah ke Aquedato das Aguas Livres.

Korban pertamanya adalah pejalan kaki yang miskin. Setelah merampok, Diogo menutup mata korbannya yang malang, menyeret ke puncak saluran air dan langsung melemparkannya tanpa belas kasihan. Ketinggian puncak yang mencapai enam puluh lima meter membuat korban langsung mati seketika. Atas aksinya tersebut, ia dijuluki sebagai “The Aqueduct Murder” atau Pembunuh di Saluran Air.

Tempat pembunuhan yang disukainya, The Aquedito das Aguas Livres adalah sebuah struktur bersejarah di Lisbon Portugal. Area utamanya mencakup 18 kilometer, tetapi secara keseluruhan hingga ke jaringan-jaringannya meluas sampai 58 kilometer. Saluran air tersebut adalah solusi Raja John V terhadap kurangnya air minum yang pernah melanda Lisbon di masa itu.

Di bawah arahan Arsitek Italia Antonio Canevari, konstruksi dimulai pada 1731. Pada 1732, sekelompok arsitek dan insinyur Portugis menggantikan Canevari. Strukturnya masih belum selesai hingga 1748, tetapi sudah mulai digunakan untuk mengalirkan air ke kota Lisbon. Setelah terjadi gempa besar di Lisbon pada tahun 1755, sebagian besar kota telah rusak dan menyisakan bangunan air tersebut.

Selain sebagai sistem air, saluran tersebut juga menjadi tempat pembunuhan ideal bagi Diogo Alves. Mungkin terdengar cukup mengejutkan bagi kebanyakan orang bagaimana tujuh puluh kematian terjadi di tempat yang sama tanpa diketahui sama sekali oleh pihak yang berwajib.

Di zaman itu, negara Spanyol masih mengalami krisis ekonomi dan politik, berkat Revolusi Liberal tahun 1820. Orang-orang banyak yang mengalami kesulitan keuangan, oleh karena itu pihak berwenang berpikir bahwa jumlah mayat di saluran air kemungkinan hanyalah mayat dari orang-orang yang putus asa dan melakukan bunuh diri. Di lain sisi, Diogo mungkin juga menyadari akan hal ini, dan dia pun memanfaatkan situasi saat itu untuk menyembunyikan aksi kejahatannya.

Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya pasti akan tercium juga. segera setelah itu, keberuntungannya habis dan hukum pun menyusulnya.

Ditangkap dan Eksekusi

Hukuman gantung
Hukuman gantung

Seiring banyaknya kasus kematian yang terjadi di saluran air, orang-orang mulai merasa aneh dengan tempat tersebut. Masyarakat menjadi takut, dan saluran air pun ditutup. Sampai akhirnya tidak pernah dibuka kembali selama beberapa dekade.

Penutupan saluran air itu pun menjadi masalah pula bagi si pembunuh berantai Diogo Alves.

Saluran air adalah satu-satunya tempat Diogo bisa membunuh tanpa tertangkap. Sekarang, dia harus mencari tempat baru, atau karier kriminalnya hilang untuk selamanya. Kali ini, Diogo membentuk geng yang bertugas membobol rumah-rumah untuk membunuh dan merampok keluarga. Namun pada tahun 1840, Diogo ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Meskipun pembunuhan saluran air tetap tidak terbukti, juri masih memiliki semua bukti tentang pembunuhan anggota keluarga oleh gengnya.

Singkat cerita, Diogo akhirnya digantung tak lama kemudian, tetapi para ilmuwan dan dokter Escola Medico Cirurgica dari Lisbon punya rencana lain. Mereka sangat penasaran bagaimana manusia bisa mencuri dan memalsukan kunci saluran air, dan berapa banyak orang sebenarnya yang telah dia bunuh.

Peneliti ingin tahu apa yang memotivasi pria itu hingga tega membunuh begitu banyak orang. Pembunuhan seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Portugal. Faktanya, Diogo adalah pembunuh berantai pertama Portugal, mereka ingin memahami mengapa dia begitu jahat.

Karena itu setelah dia digantung, para peneliti lantas mengambil kepalanya untuk dipelajari lebih lanjut.

Kepala Diogo, Si Pembunuh Berantai

Untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam kepala Diogo, para ilmuwan memotongnya dan mengawetkannya hingga sekarang. Sampai hari ini, kepalanya masih tetap berada dalam toples, mengambang dalam larutan pengawet. Tepatnya, cairan pengawet yang digunkan adalah formaldehyde, terkadang orang-orang suka menyamakan kepala tersebut dengan kentang yang memiliki wajah dan rambut. Kepala tersebut disimpan di Fakultas Kedokteran di Universitas Lisbon.