Beranda Dunia Cagayan, Pertempuran Langka Pasukan Eropa Melawan Samurai Jepang

Cagayan, Pertempuran Langka Pasukan Eropa Melawan Samurai Jepang

Sejak zaman awal peradaban manusia bahkan sampai sekarang ini, peperangan dan pertempuran antar sesama masih saja terus terjadi. Keserakahan dalam kekuasaan,  pemaksaan kehendak serta kurangnya menghargai nilai toleransi antar sesama membuat perselisihan antar golongan tertentu sulit untuk usai. Ada ribuan kali pertempuran yang tercatat dalam sejarah kemanusiaan. Namun sejarah mencatat ada beberapa pertempuran sangat unik dan langka, yang hanya berlangsung satu kali peperangan saja dan tidak pernah terulang lagi. Salah satunya adalah pertempuran yang disebut dengan Cagayan Combat, terjadi tahun 1582 di Filipina.

pertempuran pasukan Spanyol melawan Jepang
Ilustrasi pertempuran pasukan Spanyol melawan Jepang

Pertempuran Cagayan sangat unik karena melibatkan antara penjajah Spanyol melawan Wokou (bajak laut Jepang). Selain itu, ini adalah satu-satunya pertempuran yang tercatat dalam sejarah melibatkan tentara umum Eropa dan prajurit Samurai. Pertempuran unik ini mengadu antara musketir (tentara modern awal Eropa yang dilengkapi senapan lontak), pikemen dan rodeleros Spanyol (tentara khusus Spanyol yang membawa pedang) melawan sebagian besar pedagang Jepang dan China, para nelayan, ronin, dan bala tentaranya.

Sekitar tahun 1573, pulau Luzon Filipina berkembang menjadi kwasan bisnis dimana Jepang mulai menukarkan emas dengan perak. Pertukran ini dilakukan di provinsi Cagayan, Metro Manila, dan Pangasinan, khususnya di daerah Lingayen. Namun, pada tahun 1580, sebuah korsase Jepang yang diawaki oleh sekelompok bajak laut memaksa penduduk asli Cagayan agar tunduk. Mereka juga meminta dengan memaksa penduduk asli agar bersumpah kesetiaan kepada para komplotan bajak laut tersebut.

Saat itu, Filipina masih berada di bawah kekuasaan Spanyol. Pada tanggal 16 Juni 1582, Gubernur Jenderal Filipina, Gonzalo Ronquillo de Penalosa, menulis surat kepada Raja Spanyol, Philip II. Sebagian dari isi suratnya menyebutkan: “Orang Jepang adalah orang yang paling suka membuat onar di sekitar sini. Mereka menggunakan baju perlindungan yang terbuat dari besi. Semua bentuk industri yang dimiliki Portugis dianggap menyakiti hati mereka…”.

Setelah menerima surat tersebut, Raja Spanyol langsung mengirim Kapten Juan Pablo de Carrion beserta pasukannya untuk mengendalikan situasi. Carrion menggunakan teknologi modern seperti kapal-kapal dari Barat dan sebuah kapal meriam khusus yang di tempatkan di Laut China Selatan. Menaggapi serangan tersebut, pemimpin bajak laut, Tay Fusa, juga langsung berlayar ke kepulauan Filipina dengan sepuluh kapal. Untuk menghadapi pertempuran, kapten Corrion mengumpulkan empat puluh tentara Spanyol yang dipersenjatai lengkap, beserta tujuh kapal untuk jalannya pertempuran. Dari ketujuh kapal tersebut, lima diantaranya merupakan kapal pendukung berukuran kecil, satu kapal ringan (San Yusepe), dan satu lagi adalah kapal berukuran besar, Capitana.

Setelah mengumpulkan para tentara beseta kapalnya, Kapten Carrion kemudian mulai berlayar. Saat mereka melewati tanjung Bogueador, mereka bertemu degan sebuah kapal bajak laut jepang, Wokou Sampan, yang baru saja tiba di pantai. Ternyata para pasukan bajak laut tersebut telah memanfaatkan para penduduk asli di walayah tersebut. kapal-kapal Jepang jauh lebih besar dan jumlah mereka jauh lebih unggul. Namun begitu, pasukan Spanyol tetap maju berperang melawan para pasukan Wokou Sampan. Pasukan Spanyol bahkan berhasil menguasai kapal musuh. Tapi saat baru saja menaiki kapal lawan, mereka berhadapan dengan ronin Jepang berlapis baja (pasukan Samurai tanpa tuan) bersenjata katana.

Dek sampan segera berubah menjadi medan pertempuran yang sangat mengerikan. Para pikemen Spanyol berada di barisan depan, sementara arquebusier dan musketir berada di barisan belakang. Di geladak kapal, karena pasukan Jepang lebih unggul dalam jumlah, pasukan Spanyol tidak dapat bergerak maju. Namun tentara Spanyol lebih berpengalaman dalam menggunakan senjata api dibandingkan para perompak, serta persenjataan mereka juga jauh lebih berkualitas, pasukan Spanyol akhirnya berhasil mengalahkan para Wokou. Banyak pasukan Jepang yang tersisa langsung melompat ke dalam air untuk menyelamatkan diri, namun sebagian besar dari mereka tewas tenggelam karena beban berat dari baju besi yang digunakan.

Setelah memenangkan pertempuran, pasukan Spanyol masih terus menyusuri Sungai Cagayan. Di tengah perjalanan mereka menemukan sebuah armada delapan belas sampan. Armada Spanyol memaksa mereka melewati artileri, lalu turun ke pantai. Di sana mereka menggali parit, memasang artileri dan terus memborbardir para bajak laut dengan meriam. Karena serangan yang terus menerus tersebut, pasukan Wokou kemudian memutuskan bernegosiasi untuk penyerahan diri. Corrion memerintahkan mereka untuk meninggalkan Luzon secepatnya. Namun para perompak menuntut kompensasi emas atas kerugian yang akan diderita jika mereka pergi. Permintaan ini langsung ditolak oleh Corrion.

Negosiasi ditolak, Wokou memutuskan untuk menyerang kembali lewat jalur darat dengan kekuatan penuh enam ratus tentara. Parit-parit Spanyol mengalami serangan pertama kali dan kemudian disusul yang lainnya. Senjata milik pasukan Spanyol dirampas oleh pasukan Wokou. Melihat kejadian itu, tentara Spanyol kemudian langsung meminyaki senjatanya sehingga membuatnya sulit untuk dipegang. Serangan ketiga hampir memasuki parit dimana para pasukan Spanyol berada. Hanya ada tiga puluh tentara yang tersisa dalam pasukan tersebut dan ditambah lagi mereka tengah kehabisan bubuk mesiu. Jadi mereka terpaksa meninggalkan parit dan menyerang jalur Wokou yang tersisa.

Gereja Nueva Segovia di Filipina
Gereja Nueva Segovia di Filipina

Setelah mengalahkan Wokou, mereka meluncurkan serangan lanjutan terhadap pasukan Jepang yang masih tersisa, langsung membunuh mereka di tempat. Beberapa yang selamat melarikan diri dari medan peperangan. Orang-orang Spanyol membawa senjata milik Jepang yang ditinggalkan dan sebagai piala kemenangan termasuk katana dan baju besi yang terukir indah. Setelah pertempuran usai, suasana di daerah tersebut kembali tenang. Saat bala bantuan tiba, Carrion mendirikan sebuah kota yang bernama Nueva Segovia, yang saat ini dikenal sebaga Lal-lo. Meski begitu, kehadiran aktivitas bajak laut tetap berlanjut di Teluk Lingayen, meski aktivitasnya tidak terlalu menimbulkan keresahan.