Beranda Sains Cara Ilmiah untuk Membuktikan Jika Bumi Tidak Datar

Cara Ilmiah untuk Membuktikan Jika Bumi Tidak Datar

Kaum bumi datar
Bumi bulat (sumber foto NASA)

Cara paling tepat untuk mengetahui apakah bumi itu berbentuk piringan cakram tebal (bumi datar) atau bulat besar adalah dengan melihatnya dari perspektif yang lebih jauh. Satu bukti gambar seperti itu saja sudah cukup untuk membantah ratusan bukti yang dikumpulkan oleh William Carpenter dalam bukunya One Hundred Proofs that the Earth is Not a Globe. Satelit dan astronot telah memberikan bukti kepada kita berupa foto-foto menakjubkan  bentuk lengkungan bulat Bumi, tetapi rupanya, foto-foto ini telah banyak diedit oleh mereka kelompok bumi datar.

Menurut Flat Earthers atau mereka Penganut Bumi Datar, Bumi ibarat piringan hitam maha luas yang tidak berputar. Kutub utaranya terletak di pusat cakram atau di bagian tengahnya, sementara kutub Selatannya tidak ada. Apa yang kita ketahui sebagai “kutub selatan” adalah dinding es setinggi 150 kaki yang membentuk tepi tebal piringan ini. Tidak ada yang pernah menyeberangi tembok ini karena NASA memberi “pelarangan” semacam itu. Tunggu, semakin parah. Karena piringan tersebut tidak berputar, siang dan malam disebabkan oleh matahari dan bulan yang berputar di sekitarnya dalam siklus 24 jam. Bahkan, mereka percaya bahwa diameter kedua benda langit itu hanya 32 mil.

Bagaimana cara mengetahui jika Bumi itu bulat?
Bukti yang mengisyaratkan bahwa bumi berbentuk bulat perama kali dicetuskan lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Sekitar 250 SM, beberapa orang Yunani menyadarinya hanya dengan menggunakan dua tongkat. Mereka memasang dua batang di permukaan Bumi 500 mil terpisah satu sama lain. Jika Bumi itu datar, orang-orang Yunani akan mengamati bahwa kedua tongkat itu tidak akan menampakkan bayangan ketika Matahari berada tepat di atasnya. Namun, apa yang mereka amati adalah tongkat yang terletak 500 mil ke arah utara itu ternyata membentuk bayangan. Bahkan, mereka telah menggunakan sudut terjadinya bayangan tersebut untuk menghitung lingkar Bumi dengan prosentase kesalahan hanya 10% – sungguh hasil yang sangat mengesankan, mengingat saat itu tahun 250 sebelum Masehi dan hanya dengan menggunakan dua tongkat saja. Di bawah ini adalah rumus yang mereka gunakan untuk menghitung lingkar bumi:

Dokumen Yunani paling awal menyebutkan variasi posisi bintang kutub sebagai bukti bahwa Bumi adalah bulat. Variasinya sangat drastis antara permukiman Yunani di sekitar Laut Tengah. Jika Bumi datar, peta bintang akan tampak sama terlepas dari lokasi kita berada saat ini, kecuali tidak demikian. Investigasi lebih detail di bawah ini akan memberi tahu Anda bahwa langit malam di dua belahan tidak diragukan lagi adalah berbeda.

Bahkan Aristoteles, murid paling brilian Plato dan ahli logika paling cemerlang di zaman kuno, mengamati bahwa “ada bintang di Mesir dan Siprus yang tidak terlihat di daerah utara.” Tetapi mungkinkah Bumi menjadi kubus dengan enam sisi menghadap ke enam arah yang berbeda? Tidak juga. Aristoteles juga mengamati bahwa bayangan Bumi memancar terhadap bulan selama gerhana bulan yang berbentuk seperti busur. Saat itulah Aristoteles yakin benar bahwa bentuk seperti itu hanya dapat disaksikan ketika objek yang diterangi melengkung, lebih tepatnya, berbentuk sebuah bola.

Meski demikian, para empirisme masih tetwp mengeluh atau mdnyangkal bahwa mereka tidak dapat “merasakan” atau “melihat” kelengkungan tersebut. Permukaannya tetap tampak seperti datar ketika dilihat dari puncak gunung. Terlebih lagi, eksperimen ‘The marker’ yang populer itu semakin menguatkan keraguan mereka. Eksperimen The Bedford Level adalah salah satu eksperimen pertama yang “membuktikan” kerataan Bumi. Eksperimen tersebut dilakukan pada tahun 1838 oleh Samuel Rowbotham menggunakan sungai Old Bedford sepanjang 6 mil. Sungai ini sempurna untuk eksperimen karena tidak terputus lurus membentang sepanjang 6 mil.

Jika Anda memasang dua penanda di kedua ujung kanal sungai, karena Bumi melengkung, sambil mengamati dari garis penanda satu ke yang lain melalui teleskop, Anda akan mengamati bahwa dua penanda tersebut harusnya tidak sejajar satu sama lain.  Namun, Samuel mengamati bahwa penanda jarak jauh itu tampak sejajar dengan sempurna, meskipun terpisah 6 mil. Eksperimen ini digunakan sebagai bukti kuat bahwa buni itu datar. Tetapi apa yang tidak dimasukkan oleh Samuel dan apa yang coba diabaikan oleh Flat-Earthers lainnya adalah efek pembiasan. Pembiasan membelokkan cahaya yang dipantulkan oleh penanda di balik kurva untuk membuatnya tampak rata. Pembiasan adalah mengapa kita mengamati matahari terbit tampak “maju” dan matahari saat terbenam tampak “mundur”.

Ilustrasi pembiasaan matahari ke bumi

Di sisi lain, mungkin orang tidak bisa “melihat” kelengkungan bumi dikarenakan mereka tidak cukup memanjat jauh lebih tinggi lagi. Lengkungan itu akan terlihat jelas jika diamati dari puncak struktur yang sangat tinggi seperti Burj Khalifa. Bahkan, Anda dapat menyaksikan dan membuktikannya sendiri secara langsung tanpa mempertaruhkan nyawa: Kirim saja balon ke atas hingga sangat jauh tinggi ke langit dan jangan lupa pasangkan kamera padanya.

Bumi bulat
Lengkungan bumi terlihat dari atas menara Burj Khalifa

Membongkar argumen Bumi Datar lain
Ketika pemain kriket Inggris ‘Freddie’ Flintoff ditanya mengapa dia yakin Bumi datar dan tidak berputar, dia justru membalas dengan pertanyaan lain yang dapat membuat keyakinan sebagian orang goyah. Flintoff bertanya: “Jika Anda berada di helikopter dan melayang di udara, mengapa Bumi tidak tampak melintas di bawah Anda jika itu bulat? Mengapa, jika kita melesat jauh ke angkasa, apakah air akan diam? Kenapa tidak tumpah? ”

Alasan mengapa Bumi tidak tampak “melintas” di bawah ketika helikopter diam di atasnya adalah alasan yang sama mengapa sebuah bola yang dilemparkan dari puncak menara tidak mendarat tepat di tempat seperti yang kita harapkan.

Ilustrasi melempar batu dari atas gedung tinggi

Jika Anda melompat ke dalam pesawat yang melesat pada kecepatan 500 mph, Anda masih akan bisa mendarat di tempat yang sama. Pesawat tidak berderap di depan tatkala kita tengah berada di dalamnya karena dalam kondisi ini kita dan pesawat ada dalam kerangka acuan yang sama. Demikian pula, Bumi dan segala yang melingkupinya ada dalam kerangka acuan yang sama. Setiap objek pada dasarnya berputar dan berputar pada kecepatan yang sama dengan Bumi. Ini berarti kita, lautan dan udara dimana helikopter berada, berputar pada 460 meter per detik (kecepatan bumi berputar).

Menurut hukum pertama Newton, segala sesuatunya akan tetap sama sampai asa kekuatan lain yang menginterupsinya. Bola akan menyimpang, Anda akan mendarat di tempat yang berbeda, laut akan goyah, dan Bumi mungkin akan lewat di bawah kita jika kerangka acuan – pesawat atau Bumi – mengalami percepatan atau perlambatan. Misalnya, jika sebuah benda selestial bertabrakan dengan Bumi dengan kekuatan yang sama akan membuat putarannya berhenti, kita dan lautan akan terpelanting dari daratan dengan segera, seperti penumpang mobil yang bergerak cepat akan terjadi goncangan besar ketika tiba-tiba bertabrakan dengan sesuatu.

Bumi akan lewat di bawahnya dan helikopter yang melayang di atas AS bisa mendarat di Australia, jika helikopter itu kebetulan berkeliaran di luar planet ini di angkasa. Gambaran logikanya kurang lebih seperti itu.

Saat ini, geodesi, sebuah cabang ilmu matematika yang berhubungan dengan bentuk dan luas Bumi, telah ditentukan dengan bantuan satelit, ukuran dan bentuk Bumi dengan akurasi yang belum pernah terjadi sebelumnya hingga dalam sentimeter. Kita telah menemukan bahwa Bumi bukanlah bola yang sempurna, tetapi sebuah bola bulat oblate, sebuah bola yang membentang di sekitar pusat dan sedikit datar di sekitar kutub, karena efek gabungan gravitasi dan kekuatan rotasi planet.

Referensi:

  1. Indiana University Bloomington
  2. Columbia University in the City of New York
  3. Phy6.org