Beranda Kesehatan Cara Mendeteksi Gejala Peradangan Usus Buntu pada Anak

Cara Mendeteksi Gejala Peradangan Usus Buntu pada Anak

Apendisitis akut pada anak
Apendisitis akut pada anak

Peradangan usus buntu atau istilah medisnya apendisitis dianggap sebagai penyebab paling umum nyeri dan sakit perut pada anak-anak dan remaja di seluruh dunia (usia 4-15). Menurut keseriusan dan laju perkembangannya, radang usus buntu dapat menjadi akut atau kronis. Apendisitis akut berkembang sangat cepat dan dalam banyak kasus memerlukan tindakan operasi bedah segera. Apendisitis kronis jarang terjadi, berkembang lebih lambat dan memiliki gejala yang kurang begitu jelas. Apendisitis akut bisa menjadi parah jika tidak segera ditemukan dan diobati pada waktunya.

Apendisitis akut mengacu pada obstruksi atau tersumbat penuh pada apendiks vermiform. Infeksi bakteri juga merupakan penyebab apendisitis akut. Apendiks adalah ekstensi tubular dari usus besar dan fungsinya terkait dengan proses pencernaan. Ketika usus buntu tersumbat oleh penumpukan kotoran atau tertekan oleh kelenjar getah bening (karena infeksi bakteri, kelenjar getah bening biasanya menjadi bengkak dan menekan usus buntu), maka akan terjadilah pembengkakan dan biasanya tidak menerima cukup darah. Bakteri tumbuh di dalam usus buntu, yang seringkali akan berakibat fatal atau kematian pada penderitanya. Pada apendisitis akut, peradangan pada apendiks serius dan dapat menyebabkan komplikasi (perforasi, gangren, sepsis). Apendisitis akut adalah keadaan darurat bedah dan kebanyakan pasien dengan kondisi penyakit ini sudah memiliki komplikasi sebelum memasuki ruang operasi.

Gejala yang paling umum dari apendisitis akut adalah nyeri perut terus menerus yang intens (pada mulanya terjadi di daerah umbilikal (daerah sekitar perut) dan kemudian merambat di bagian kanan bawah perut) yang biasanya akan bertambah sakit jika digunakan untuk bergerak, nafsu makan buruk, mual, muntah, konstipasi atau diare. dan demam. Meskipun gejala apendisitis akut memiliki karakter yang tidak spesifik (karakteristiknya mirip gejala penyakit lain), jika kesemua gejala tersebut terjadi bersamaan maka bisa menunjukkan adanya penyakit apendisitis akut. Namun, dalam bentuk khusus apendisitis akut, pasien mungkin hanya memiliki satu gejala atau tidak memiliki gejala sama sekali. Hal itu bisa mempersulit proses diagnosa apendisitis akut dan satu-satunya cara yang efektif untuk menemukan penyakit ini adalah dengan tomografi terkomputerisasi abdominal, analisis darah dan pemeriksaan fisik rinci.

Meskipun ada kemajuan medis dan banyaknya antibiotik yang tersedia saat ini, operasi tetap menjadi pilihan pertama dalam pengobatan apendisitis akut. Secara umum, apendisitis yang tidak terjadi komplikasi, dokter akan meresepkan pengobatan dengan antibiotik untuk menangani peradangan dan infeksi bakteri pada usus buntu. Namun, pada obstruksi usus buntu hanya dapat diperbaiki melalui operasi. Untuk mencegah kekambuhan apendisitis dan pengembangan komplikasi, dokter lebih memilih untuk pembedahan menghilangkan usus buntu yang sakit.

Intervensi bedah yang dilakukan pada apendisitis akut disebut apendektomi. Jika apendisitis akut diobati tepat waktu, pasien dapat pulih dengan cepat dan mudah. Sebagian besar pasien pulih sepenuhnya dalam 4 minggu setelah operasi. Namun, dalam kasus apendisitis akut yang rumit atau terjadi komplikasi, pasien memerlukan pemantauan khusus sebelum dan cukup lama setelah perawatan bedah. Komplikasi apendisitis busa sangat berbahaya dan tingkat kematian pada pasien dengan kondisi penyakit ini cukup tinggi. Apendisitis akut membutuhkan perawatan segera.