Beranda Dunia Great Blue Hole, Bukti Punahnya Peradaban Suku Maya

Great Blue Hole, Bukti Punahnya Peradaban Suku Maya

Great Blue Hole

Great Blue Hole adalah sebuah goa bawah air yang terletak di Lighthouse Reef, Belize. Tempat ini juga dianggap sebagai salah satu dari “10 tempat paling menakjubkan di bumi” oleh Discovery Channel. Rumah bagi berbagai flora dan fauna, ditambah dengan pemandangan alam yang bisa membuat semua orang berdecak kagum. Great Blue Hole memang patut dijuluki sebagai tempat yang sangat menakjubkan.

Baru – baru ini para ilmuan telah menemukan fakta baru yang menambah pentingnya tempat tersebut. Penelitian yang dilakukan di area Great Blue Hole menguatkan bukti bahwa suku maya punah akibat musim kemarau yang berkepanjangan.

Suku maya adalah sekelompok orang yang berpusat di wilayah dataran rendah, yang saat ini dinamakan Guatemala. Mereka dikenal karena ketrampilan dan keahliannya dalam bidang –bidang tetentu seperti pertanian, matematika dan astronomi. Suku maya menjadi fenomenal dan dikenal banyak orang dari berbagai penjuru dunia, setelah mencuat ramalannya tentang kiamat yang di prediksi akan terjadi pada tanggal 21 Desember 2012 lalu. Namun akhirnya diketahui bahwa para ilmuan telah salah memprediksi ramalan tersebut.

Seumpama mereka masih ada hingga saat ini, peradaban suku maya diprediksi akan mengalami perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa, melebihi manusia pada umumnya. Namun, sekitar akhir abad kedelapan, suku Maya akhirnya mengalami suatu peristiwa mistrius yang menyebakan mereka harus meninggalkan tempat tinggalnya.  Lambat laun suku ini semakin lama semakin berkurang jumlah penduduknya, hingga akhirnya pada tahu 900 Masehi,  peradaban suku maya dinyatakan benar – benar hilang dari permukaan bumi.

Hilangnya peradaban suku Maya secara mistrius membuat beberapa ilmuan terkemuka garuk – garuk kepala, dan menarik beberapa kesimpulan terkait punahnya peradaban tersebut.  Hingga saat ini, Blue Hole Belize tampaknya masih menjadi solusi yang menjanjikan untuk pemecahan masalah ini.

Sebuah tim peneliti yang terdiri dari para ilmuan dari Rice University dan Lousiana State University mengumpulkan sampel dari Great Blue Hole dan laguna yang berada didekatnya, membanding tingkat konsentrasi titanium dan dan aluminium yang terkandung didalamnya. Konsentrasi titanium yang lebih tinggi menandakan telah terjadi hujan yang sangat deras.

Tim peneliti menemukan terjadinya pergeseran besar dari titanium ke aluminium antara abad ke-9 dan ke-10. Dari tahun 800 – 1000 Masehi rasio antara dua unsur tersebut terlihat menurun lebih jauh, hal itu menunjukkan adanya  penurunan curah hujan di wilayah tersebut pada saat itu.Sehingga semakin menguatkan dugaan bahwa bencana kekeringan dan kondisi cuaca yang tidak cocok telah menyebabkan runtuhnya peradaban suku maya. Penelitian ini juga menunjukkan adanya kekeringan musim kedua antara tahun 1000 dan 1100 Masehi.

Bangsa Maya sangat bergantung pada curah hujan, hal itu karena tempat yang mereka tinggali, seperti Semenanjung Yucatan, sangat kekurangan sumber mata air alami. Curah hujan yang rendah dari tahun ke tahun tampaknya menjadi alasan yang masuk akal kenapa suku Maya menjadi sebuah peradaban yang hilang.

Penelitian ini berawal dari dugaan sejumlah orang yang mengatakan bahwa punahnya suku Maya adalah akibat dari perubahan iklim. Pada tahun 2012, para ilmuan mengumpulkan sampel stalagmit  yang diambil dari goa Belize, dan mencapai hasil yang menunjukkan bahwa kekeringan adalah penyebab utama kenapa suku Maya menghilang tanpa jejak.