Beranda Kesehatan Jika Mau Awet Muda, Peneliti Sarankan Makan Tanaman Ini

Jika Mau Awet Muda, Peneliti Sarankan Makan Tanaman Ini

Tanaman Ashitaba
Tanaman Ashitaba

Daun tanaman Ashitaba memang rasanya pahit di lidah, tapi menelannya justru akan memberikan hasil yang manis bagi kesehatan tubuh. Itulah sebabnya tanaman ini memainkan peran penting dalam setiap pengobatan tradisional Jepang.

Sekarang, ada bukti ilmiah yang dapat mendukung klaim ini. Ternyata tanaman ashitaba menghasilkan zat alami yang membantu menghilangkan “sampah seluler”.

Tentu saja kita semua penasaran, apa itu sampah seluler?. Sampah seluler adalah penumpukan sel-sel tua yang berpotensi menyebabkan berbagai penyakit dan gangguan yang umumnya dikaitkan dengan usia tua.

Berkat zat yang dikenal sebagai 4,4′-dimethoxychalcone atau DMC yang ditemukan dalam tanaman Ashitaba, zat ini dapat menginduksi proses autophagy.

“Ini adalah proses pembersihan dan daur ulang,” profesor Institut Biosains Molekuler Universitas Graz, Frank Madeo menjelaskan.

Proses tersebut akan membuang sampah seluler yang sudah kadaluarsa di dalam tubuh. Sel-sel ini, jika tidak dihilangkan dapat berpotensi menumpuk dan menyebabkan penyakit seperti kanker.

Tubuh membutuhkan pembersihan yang teratur. Makan tanaman dan puasa adalah salah satu cara untuk melakukan hal itu, menurut penelitian.

Namun apa yang membuat orang menelan tanaman ini tampak muda dan segar adalah adanya kandungan flavonoid yang juga ditemukan di Ashitaba.

Dari perlindungan terhadap degenerasi otak dan kanker hingga sifat anti-inflamasi, para peneliti menemukan bahwa flavonoid juga dapat memperlambat penuaan.

Saat menguji DMC pada cacing dan lalat buah, umur organisme diamati untuk memperpanjang hingga 20%.

“Eksperimen menunjukkan bahwa efek DMC mungkin dapat ditransfer ke manusia, meskipun kita harus berhati-hati dan menunggu uji klinis nyata,” kata Madeo.

Langkah selanjutnya, menurut Madeo, adalah menguji DMC pada hati tikus untuk mempelajari penyakit yang berkaitan dengan usia dan bagaimana zat itu dapat mencegahnya. Hanya dengan demikian percobaan selanjutnya dapat dilakukan pada manusia.