Beranda Lainnya Lima Alasan Kenapa Orang Cerdas Sulit Bahagia

Lima Alasan Kenapa Orang Cerdas Sulit Bahagia

Merasa kurang bahagia

Memiliki kemampuan pikir yang brilian adalah suatu anugrah dan keinginan bagi semua orang. Namun seringkali orang-orang cerdas memiliki kelemahan bahwa mereka selalu merasa kurang bahagia dalam hidup dibandingkan orang lain pada umumnya. Hal yang membuat sebagian besar orang merasa puas dan bahagia seperti sukses dalam berkarir, mencintai keluarga, memiliki pasangan setia, dan lain-lain, ternyata tidak cukup untuk mencegah tipe orang cerdas dari rasa kesepian, kesedihan, dan kekurangan.

Mengapa Orang Cerdas Sulit Bahagia?

Hal itu disebabkan karena orang cerdas memiliki kecenderungan khusus dalam melihat kehidupan dengan cara yang berbeda. Mereka selalu menargetkan suatu tujuan yang lebih besar dan lebih besar lagi serta tidak bisa dengan mudah merasa puas akan hasil yang diraihnya. Dalam keadaan ini, mereka cenderung tidak bisa menikmati hal-hal baik yang mereka miliki dalam hidupnya. Lebih lanjut, berikut ini lima alasan kenapa orang-orang cerdas cenderung sulit menemukan kebahagiaan dalam hidupnya:

1. Merasa Kesepian dan Sering Disalahpahami

Orang-orang cerdas memiliki kesulitan dalam menemukan sosok teman yang berpikiran sama (satu pemikiran) untuk dapat memahami pandangan dan melihat ide-ide kompleks yang ada di benaknya. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka tidak dapat melakukan percakapan berarti dengan seseorang karena kebanyakan dari mereka tidak bisa berpikir dari sudut pandangnya.

Orang sangat cerdas bahkan sering merasa kesepian dan disalahpahami karena orang-orang pada umumnya tidak mampu melihat kedalaman dan kompleksitas suatu kejadian sekitar dari sudut pandang serta analisis pemikirannya

2. Mereka Memiliki Tujuan (Cita-cita) Terlalu Tinggi
Karena memiliki tingkat IQ tinggi, orang-orang cerdas cenderung selalu membayangkan hal-hal lebih besar, sehingga mencegahnya merasakan kepuasan atas hal-hal yang mereka miliki dalam hidupnya. Mereka selalu berusaha untuk menemukan arti, objektivitas, dan tujuan yang lebih besar.

Imajinasinya yang luas dan liar mencegah dirinya untuk menikmati hal-hal yang dimiliki saat ini. Mereka selalu mencari eksepsionalisme dan keunikan yang tidak ada dalam realitas karena kehidupan biasa terlalu membosankan bagi mereka. Ketidapuasan tersebut akan selalu membuatnya merasa tidak bahagia, karena tidak bisa menerima dunia yang mereka tinggali.

3. Mereka Terlalu Berlebihan dalam Menilai Kehidupan
Orang-orang cerdas sebenarnya adalah korban dari over-analisis dalam berpikir. Mereka selalu memeriksa secara rinci atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidup. Mereka berpikir secara berlebihan sebelum melakukan apa-apa, yang justru malah menghasilkan frustasi dan kebingungan. Kemampuan  untuk menganalisa suatu hal adalah keuntungan besar.

Namun begitu, memerhatikan segala sesuatunya (meski tidak berhubungan) sangatlah melelahkan dan mengurans tenaga. Ingatlah, terkadang kebodohan (ketidaktahuan) adalah cara tercepat untuk menemukan kebahagiaan.

4. Mereka Sering Mengalami Masalah Psikologis
Banyak penelitian menemukan hubungan antara pikiran orang sangat cerdas dengan gangguan kejiwaan seperti kecemasan sosial dan gangguan bipolar. Namun, hal ini bukan berarti lantas semua orang cerdas memiliki masalah mental. Bahkan orang-orang (pada umumnya) yang memiliki masalah kejiwaan seringkali terjadi akibat berpikir secara berlebihan melebiha kapasitasnya.

Analisis mereka yang terus menerus atas segala sesuatu di sekitarnya mengarahkan ke pemikiran yang mendalam tentang hidup dan mati. Pemikiran yang mendalam ini membuatnya terus mencari makna keberadaan mereka di dunia dan membuatnya merasa sangat tidak bahagia tanpa alasan tertentu.

5. Mereka Terlalu Banyak Menilai Diri Sendiri
Salah satu alasan lain kenapa orang-orang cerdas tidak bahagia adalah, karena mereka sangat keras dalam menilai dirinya sendiri. mereka memiliki kecenderungan untuk menilai keberhasilan, kegagalan, dan segala sesuatunya tentang diri sendiri. Biasanya, mereka menggunakan standar tertinggi untuk dibandingkan dengan dirinya dan pada akhirnya malah menyalahkan diri sendiri karena segala sesuatu yang tidak mereka miliki.

Hal-hal yang tidak beres (salah) dalam hidupnya menjadi alat pengingat, yang membuat pikirannya dipenuhi dengan rasa bersalah dan ketidakpuasan. Kilas balik atas kesalahan masa lalunya sudah cukup untuk membuatnya merasa sengsara dan tidak bahagia. Dalam arti, mereka tidak mudah melupakan kesalahan masa lalu dan selalu merasa tidak bahagia jika mengingatnya.