Beranda Dunia Menelusuri Keangkeran Hutan Aokigahara di Jepang

Menelusuri Keangkeran Hutan Aokigahara di Jepang

Terletak di kaki pegunungan Fuji, Aokigahara merupakan sebuah hutan belantara sepanjang 35 kilometer persegi, yang sangat populer dan terkenal luas hingga ke mancanegara karena banyaknya kasus bunuh diri yang terjadi disana. Banyaknya kasus bunuh diri yang terjadi membuat hutan Aokigahara akrab dijuluki sebagai hutan Bunuh Diri.

Masyarakat sekitar dan beberapa turis yang berkunjung melaporkan bahwa di hutan tersebut sering sekali terjadi penampakan-penampakan maupun aktivitas paranormal yang sulit dijelaskan secara logika. Namun dibalik semua itu, hutan Aokigahara sebenarnya merupakan spot tujuan wisata alam yang cukup menawan dan banyak dikunjungi oleh para wisatawan setiap tahunnya.

Papan peringatan memasuki hutan Aokigahara (Sumber gambar)

Pada saat akan memasuki hutan, wisatawan disodori papan peringatan dalam bahasa Jepang. Sebenarnya papan peringatan ini ditujukan bagi mereka yang mempunyai niat bunuh diri agar mengurungkan niatnya tersebut. Yang kurang lebih artinya jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: Coba pikirkan sekali lagi tentang arti kehidupan yang diberikan kepada Anda, orangtua, saudara,dan anak-anak anda. Jangan tanggung sendiri penderitaan anda, tolong hubungi seseorang. (Dan sebuah nomor telepon hotline untuk meminta bantuan)”.

Hutan Aokigahara adalah tempat bunuh diri paling populer di Jepang dan sekaligus tempat yang sangat menakutkan bagi para wisatawan yang tertarik dengan dunia supranatural. Sampai tahun 1988, sekitar 30 orang dilaporkan melakukan bunuh diri di hutan tersebut setiap tahunnya. 78 mayat ditemukan ditemukan pada tahun 2002, 105 pada tahun 2003, dan pada tahun 2010, diperkirakan sekitar 200 atau lebih orang melakukan bunuh diri dengan 54 diantaranya berhasil diselamatkan.

Jasad korban bunuh diri yang sudah menjadi tulang belulang (Sumber gambar)

Pada bulan Maret setiap tahunnya, atau pada akhir fiskal tahunan di Jepang, tingkat kasus bunuh diri dikatakan melonjak tajam atau berada pada titik maksimumnya. Metode bunuh diri paling umum yang dilakukan adalah dengan gantung diri atau menenggak racun (obat tertentu sampai overdosis). Dimulai sejak tahun 1970 setiap tahunnya, para polisi, relawan, dan wartawan telah melakukan pencarian rutin jasad-jasad korban bunuh diri.

Dalam sejarah dan tradisi kuno Jepang, ritual bunuh diri sangat umum dilakukan. Beberapa contoh diantaranya termasuk bunuh diri yang dilakukan dengan menusukkan pedang samurai untuk menghindari tertangkap musuh atau karena gagal melakukan sebuah tugas tertentu. Bunuh diri dengan cara demikian dianggap sebagai sebuah tindakan yang mulia dan mati dengan cara terhormat.

Dalam skala dunia, Jepang memiliki tingkat bunuh diri tertinggi per tahunnya, dengan rata-rata 70 orang melakukan bunuh diri setiap hari pada tahun 2014. Sebagian besar, sekitar 71 persen dari korban adalah laki-laki, dan merupakan penyebab utama kematian pada pria antara usia 20 sampai 44 tahun.

Sejak tahun 1990-an, pemerintah Jepang telah melihat adanya peningkatan jumlah kasus bunuh diri karena pengangguran akibat resesi ekonomi, depresi atau tekanan sosial. Pada tahun 1998, setelah tingkat prosentase bunuh diri bertambah 34,7 persen dari tahun sebelumnya, akhirnya pemerintah mengalokasikan dana untuk pengobatan dan membantu mereka yang gagal dalam usaha.

Barang peninggalan korban (sumber gambar)

Kengerian hutan Aokigahara semakin lengkap dengan kondisi hutannya yang lebat dan suasananya yang gelap, sehingga sangat mudah sekali tersesat jika tidak melakukan persiapan awal yang matang dan mengikuti petunjuk jalan yang ada.

Aokigahara adalah hutan yang sangat lebat dengan sejumlah besar di dalamnya berupa gua-gua es batu yang cukup populer di kalangan para wisatawan. Kondisi hutannya yang begitu tebal hingga suara lain tidak dapat masuk kecuali suara alam dari hutan itu sendiri. Untuk menghindari dan agar tidak tersesat, kebanyakan para pejalan kaki dan wisatawan menggunakan pita kaset tape bekas untuk menandai jalur yang dilewati sehingga memudahkan mereka saat ingin kembali.