Beranda Kesehatan Emil von Behring, Orang Berjasa Penemu Obat Penyakit Difteri

Emil von Behring, Orang Berjasa Penemu Obat Penyakit Difteri

Penemu obat difteri
Emil von Behring

Difteri adalah penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini akan ber-inkubasi dalam beberapa hari, dan setelah itu, bakteri akan menginfeksi tubuh penderitanya. Bakteri difteri biasanya masuk ke tubuh melalui mulut dan hidung dan menginfeksi terutama tenggorokan.

Biasanya, tenggorokan akan meradang, suhu tubuh meningkat dan rasa tidak enak badan akan muncul. Lapisan tipis berwarna abu-abu keputihan muncul di amandel dan di belakang tenggorokan. Infeksi bisa menyebar ke saluran pangkal tenggorokan dan menghambat oksigen masuk untuk bernafas.

Difteri memiliki efek serius pada bagian tubuh lainnya. Alasannya adalah karena toksin atau racun, yang disebarkan lewat tubuh. Kerusakan serius bisa terjadi pada jantung dan sistem saraf. Difteri sangat mudah menyerang anak-anak berusia antara dua sampai lima tahun.

Penyebab difteri adalah bacillus kecil berbentuk tongkat. Bakteri ini ditemukan pada tahun 1883. Setelah diketahui bahwa mikroorganisme ini mengeluarkan racun yang menyebabkan penyakit difteri itu sendiri. Pada perkembangan selanjutnya, dibuatlah antitoksin yang mampu menetralkan toksin yang disebabkan oleh virus bacillus tersebut.

Antitoksin ini pertama kali ditemukan oleh seorang pria bernama Emil von Behring pada tahun 1890. Antitoksin membantu menghindari efek keracunan serius dari penyakit difteri, walaupun sebenarnya infeksi masih ada. Di masa sekarang, penyakit difteri jauh lebih jarang terjadi, karena bisa dicegah secara bertahap.

Seseorang bisa diberikan antitoksin tersebut sehingga racun yang disebabkan virus difteri menjadi tidak berbahaya. Bila seseorang disuntik dengan racun tak berbahaya ini (disebut toxoid), akan muncul antibodi di tubuh, yang melindungi tubuh dari bakteri. Tingkat kekebalan terhadap difteri, yang dapat terjadi pada anak-anak, dapat diketahui dengan menggunakan tes yang dikembangkan oleh White Shik pada tahun 1913. Sejumlah kecil racun difteri disuntikkan ke dalam kulit.

Jika antitoksin tidak cukup di tubuh anak-anak tersebut, noda merah akan muncul di tubuh setelah empat sampai tujuh hari. Dengan demikian, anak-anak yang bisa sakit bisa diobati untuk melindungi mereka dari infeksi bakteri.