Beranda Dunia 8 Hal yang Bisa Memicu Perang Antar Negara dan Bahkan Dunia

8 Hal yang Bisa Memicu Perang Antar Negara dan Bahkan Dunia

Apa itu Perang?

Tentara Militer Perang
Tentara Militer Perang

Perang biasanya dilakukan atau diperjuangkan oleh suatu negara maupun sekelompok negara tertentu untuk melawan negara lainnya (lawan) dengan suatu maksud tujuan melalui penggunaan kekuatan (terutama militer). Perang juga dapat terjadi dalam suatu negara dalam bentuk perang sipil atau revolusioner.

Menurut definisinya, perang bisa diartikan sebagai:

  1. Keadaan konflik bersenjata antara negara yang berbeda atau kelompok yang berbeda dalam suatu negara.
  2. Keadaan persaingan atau permusuhan antara orang atau kelompok yang berbeda.
  3. Kampanye berkelanjutan melawan situasi atau aktivitas yang tidak diinginkan.

Perang telah menjadi bagian dari sejarah manusia selama ribuan tahun, dan menjadi semakin destruktif seiring dengan kemajuan industrialisasi dan teknologi saat ini.

Apa Penyebab Konflik dalam Peperangan?

Jarang terjadi ada satu penyebab konflik saja dan, akhirnya, langsung perang. Penyebab perang biasanya banyak, beberapa alasan timbulnya konflik dapat terjalin dengan cara-cara yang rumit.

Banyak teori telah dikemukakan selama bertahun-tahun tentang mengapa perang terjadi, beberapa pemikir besar telah memberikan pendapat mereka sendiri tentang masalah ini.

Dalam artikel di bawah ini, kami akan mengulas tinjauan umum terkait delapan alasan yang bisa memicu dan menyebabkan terjadinya sebuah perang.

Delapan Penyebab Utama Perang

  1. Keuntungan Ekonomi
  2. Keuntungan Teritorial
  3. Agama
  4. Nasionalisme
  5. Balas dendam
  6. Perang sipil
  7. Perang Revolusi
  8. Perang Defensif

Dan di bawah ini adalah ulasan selengkapnya dari masing-masing penyebab utama perang di atas, disertai pula dengan contoh kasus nyata yang sudah atau sedang terjadi.

1. Keuntungan Ekonomi

Seringkali perang disebabkan oleh keinginan satu negara untuk mengendalikan kekayaan negara lain. Apa pun alasan lain untuk perang, hampir selalu ada motif ekonomi yang mendasari sebagian besar konflik, bahkan jika tujuan perang telah dinyatakan kepada publik sebagai sesuatu tujuan ‘yang katanya mulia’.

Pada masa pra-industri, keuntungan yang diinginkan oleh negara yang berperang mungkin merupakan bahan berharga seperti emas dan perak, atau ternak seperti sapi dan kuda.

Di zaman modern seperti sekarang ini, sumber daya yang diharapkan diperoleh dari perang bisa saja dalam bentuk seperti minyak, mineral, atau bahan yang digunakan dalam manufaktur.

Beberapa ilmuwan percaya bahwa ketika populasi dunia meningkat dan sumber daya dasar menjadi langka, perang akan lebih sering terjadi atas hal-hal mendasar, seperti air dan makanan.

Contoh-contoh Historis dari Peperangan untuk Keuntungan Ekonomi

Perang Anglo-India (1766-1849) – Perang Anglo-India adalah serangkaian perang antara British East India Company dan berbagai negara bagian India. Perang ini mengarah pada pembentukan pemerintahan kolonial Inggris di India, yang memberi Inggris akses tidak terbatas ke sumber daya eksotis dan berharga yang berasal dari benua India.

Perang Finlandia-Soviet atau “Perang Musim Dingin” (1939-1940) – Stalin dan Tentara Sovietnya bermaksud ingin menambang Nikel di Finlandia. Namun karena Finlandia menolak, Uni Soviet kemudian menyatakan perang terhadap negara tersebut.

Peta strategis Eropa tengah dari tahun 1917.
Peta strategis Eropa tengah dari tahun 1917. | Sumber

2. Keuntungan Teritorial

Suatu negara bisa saja membutuhkan lebih banyak tanah, baik untuk ruang hidup, penggunaan lahan pertanian, atau keperluan lain. Wilayah ini juga dapat digunakan sebagai “zona penyangga” antara dua musuh yang saling bermusuhan.

Terkait dengan zona penyangga adalah perang penghubung. Suatu konflik yang diperjuangkan secara tidak langsung antara kekuatan yang saling bertentangan di negara ketiga. Setiap kekuatan mendukung sisi yang paling sesuai dengan kepentingan logistik, militer, dan ekonomi mereka.

Perang penghubung sangat umum terjadi selama Perang Dingin.

Contoh-contoh Historis dari Peperangan untuk Keuntungan Teritorial atau Perebutan Wilayah

Perang Meksiko-Amerika (1846-1848) – Perang ini terjadi setelah aneksasi Texas, dengan Meksiko masih mengklaim tanah itu sebagai milik mereka. AS mengalahkan Meksiko, mempertahankan Texas dan menggabungkannya sebagai negara bagian.

Perang Serbo-Bulgaria (1885-1886) – Bulgaria dan Serbia bertempur memperebutkan kota perbatasan kecil setelah adanya sungai yang menciptakan perbatasan antar negara.

Perang Arab-Israel atau “Perang Enam Hari” (1967-1988) – Pasukan Israel mengambil wilayah Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, dari Yordania.

3. Agama

Konflik agama seringkali memiliki akar yang sangat dalam. Bahkan perang karena dasar agama ini bisa tertidur selama beberapa dekade, dan muncul secara tiba-tiba dalam sekejap di kemudian hari.

Bahkan perang agama sering kali bisa dikaitkan dengan alasan lain penyebab konflik, seperti nasionalisme atau balas dendam atas sedikit sejarah yang dirasakan di masa lalu.

Meski peperangan bisa terjadi antar agama yang berbeda, berbagai sekte dalam suatu agama (misalnya, Protestan dan Katolik, atau Sunni dan Syiah) yang berperang satu sama lain juga dapat memicu perang besar.

Contoh-contoh Sejarah Perang atas Dasar Agama

Perang Salib (1095-1291) – Perang Salib adalah serangkaian perang yang disetujui oleh Gereja Latin selama abad pertengahan. Tujuan tentara salib adalah untuk mengusir Islam dan menyebarkan agama Kristen.

Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1648) – Ketika Kaisar Romawi Suci Ferdinand II mencoba untuk memaksakan Katolik Roma pada orang-orang di wilayahnya, sebuah faksi Protestan dari utara bergabung bersama, memicu perang.

Perang Saudara Lebanon (1975-1990) – Perang Saudara Lebanon terutama dipicu oleh konflik antara populasi Muslim Sunni, Muslim Syiah, dan Lebanon Kristen.

Perang Yugoslavia (1991-1995) – Perang Yugoslavia terdiri dari Perang Kroasia dan Perang Bosnia. Perang itu terjadi antara populasi Katolik ortodoks dan Muslim bekas Yugoslavia.

Perang Saudara Sudan Kedua (1983-2005) – Perang etnoreligius ini disebabkan oleh pilihan pemerintah pusat Muslim untuk memberlakukan hukum syariah pada orang-orang non Muslim di wilayah Selatan.

4. Nasionalisme

Nasionalisme dalam konteks ini pada dasarnya berarti berusaha membuktikan bahwa suatu negara tertentu merasa lebih unggul dari yang lain, kemudian menaklukkan mereka secara bengis. Perang seperti ini sering dilancarkan dalam bentuk invasi.

Richard Ned Lebow, Profesor Teori Politik Internasional di Departemen Studi Perang, Kings College London, berpendapat bahwa meskipun penyebab perang lainnya mungkin ada, nasionalisme, atau semangat juang bela negara, hampir selalu merupakan faktor utamanya. Dalam esainya, “Sebagian besar perang tidak diperjuangkan karena alasan keamanan atau kepentingan material, melainkan mencerminkan semangat bangsa,”.

Terkait dengan nasionalisme adalah imperialisme, yang dibangun di atas gagasan bahwa menaklukkan negara-negara lain adalah mulia dan membawa kehormatan serta harga diri kepada sang penakluk.

Rasisme juga dapat dikaitkan dengan nasionalisme, seperti yang dapat dilihat di Jerman Hitler. Adolf Hitler pergi berperang dengan Rusia sebagian karena Rusia (dan Eropa timur pada umumnya) dipandang sebagai Slavia, atau sekelompok orang yang diyakini Nazi sebagai ras yang lebih rendah.

Contoh-contoh Sejarah Perang atas Dasar Nasionalisme

Perang Chichimeca (1550-1590) – Perang Chichimeca adalah salah satu dari banyak perang yang terjadi selama penaklukan Spanyol atas peradaban Aztec di Meksiko modern.

Perang Dunia I (1914-1918) – Loyalitas dan patriotisme yang ekstrem menyebabkan banyak negara terlibat dalam perang dunia pertama. Banyak orang Eropa sebelum perang mempercayai akan supremasi budaya, ekonomi, dan militer negara mereka.

5. Balas dendam

Berusaha untuk menghukum, memperbaiki masalah, atau sekadar menyerang balik karena dianggap sepele seringkali dapat menjadi faktor dalam melancarkan perang. Balas dendam juga berkaitan dengan nasionalisme, karena orang-orang dari negara yang telah dianiaya termotivasi untuk melawan dengan rasa kebanggaan dan semangat.

Sayangnya, hal ini justru juga dapat menyebabkan rantai perang pembalasan yang tak berujung sehingga sangat sulit untuk dihentikan. Secara historis, balas dendam telah menjadi faktor dalam banyak perang Eropa.

Contoh-contoh Sejarah Perang atas Dasar Membalas Dendam

Perang Dunia II (1939-1945) – Munculnya Partai Sosialis Nazi dan dominasi Jerman di benua Eropa pada akhirnya adalah akibat langsung dari Perjanjian Versailles, yang menjatuhkan hukuman keras pada Jerman.

War on Terror – Serangan 11 September di World Trade Center pada tahun 2001 mendorong Presiden George W. Bush untuk memulai perang melawan teror. Perang global ini dimulai dengan invasi ke Irak dan masih sedang berlangsung hingga sekarang.

6. Perang Saudara

Ini umumnya terjadi ketika ada pertikaian internal yang tajam di suatu negara. Ketidaksepakatan bisa mengenai siapa yang memerintah, bagaimana negara harus dijalankan atau hak-hak rakyat. Keretakan internal ini seringkali berubah menjadi jurang yang mengakibatkan konflik kekerasan antara dua atau lebih kelompok yang berseberangan.

Perang saudara juga dapat dipicu oleh kelompok-kelompok separatis yang ingin membentuk negara mereka sendiri, negara merdeka, atau, seperti dalam kasus Perang Saudara Amerika, negara-negara yang ingin melepaskan diri dari serikat yang lebih besar.

Contoh Sejarah Perang Saudara atau Perang Sipil

Perang Saudara Amerika (1861-1865) – Perang Saudara Amerika diperjuangkan oleh tentara Union dan tentara Konfederasi sebagai hasil dari kontroversi lama mengenai perbudakan.

Perang Saudara Rusia (1917-1923) – Perang Saudara Rusia terjadi segera setelah Revolusi Rusia, dengan Tentara Merah dan Tentara Putih saling berlomba-lomba untuk menentukan masa depan politik Rusia.

Perang Saudara Spanyol (1936-1939) – Perang Saudara Spanyol terjadi antara Republik, yang loyal kepada Republik Spanyol Kedua yang berhaluan kiri, dan kaum Nasionalis, kelompok konservatif yang sebagian besar aristokratis dipimpin oleh Jenderal Francisco Franco.

Perang Korea (1950-1953) – Perang Korea adalah perang antara Korea Utara, yang didukung oleh Cina, dan Korea Selatan, yang didukung terutama oleh Amerika Serikat.

7. Perang Revolusi

Ini terjadi ketika sebagian besar populasi suatu negara memberontak terhadap individu atau kelompok yang memerintah negara karena mereka tidak puas dengan kepemimpinannya.

Revolusi dapat dimulai karena berbagai alasan, termasuk kesulitan ekonomi di antara bagian-bagian tertentu dari populasi atau dianggap sebagai rasa ketidakadilan yang dilakukan oleh kelompok yang berkuasa. Faktor-faktor lain juga dapat berkontribusi, seperti perang tidak populer dengan negara lain.

Perang revolusioner dapat dengan mudah berubah menjadi perang saudara.

Contoh Sejarah Perang Revolusi

Perang Restorasi Portugis (1640-1668) – Revolusi Portugis mengakhiri 60 tahun kekuasaan Portugal oleh Spanyol.

Revolusi Amerika (1775-1783) – Revolusi Amerika memberi 13 koloni Amerika Utara kemerdekaan dari penjajahan Inggris dan mendirikan Amerika Serikat.

Revolusi Perancis (1789-1799) – Revolusi Perancis adalah pertempuran yang mewakili kebangkitan kaum borjuis dan kejatuhan aristokrasi di Perancis.

Revolusi Haiti (1791-1804) – Revolusi Haiti adalah pemberontakan budak yang berhasil menjadikan Haiti sebagai republik kulit hitam bebas pertama.

8. Perang Defensif

Di dunia modern, di mana agresi militer dipertanyakan secara lebih luas, negara-negara akan sering berargumen bahwa mereka bertarung dalam kapasitas pertahanan murni melawan agresor, atau agresor potensial, dan oleh karena itu perang mereka dianggap sebagai perang yang “adil”.

Perang defensif ini bisa menjadi sangat kontroversial ketika ada satu negara yang terlebih dahulu melakukan penyerangan, argumen dasarnya adalah: “Kami menyerang mereka sebelum mereka menyerang kami.”

Contoh Sejarah Perang Defensif

Konflik Irak (2003-Sekarang) – Sebuah koalisi internasional, yang dipimpin oleh AS, menginvasi Irak dengan alasan bahwa pemimpin negara itu, Saddam Hussein, mengembangkan senjata pemusnah massal, dan karenanya menghadirkan ancaman bagi negara-negara di sekitarnya dan seluruh dunia. Perang ini sangat kontroversial karena tuduhan terkait senjata pemusnah massal yang dibuat oleh AS dan Inggris terbukti kurang substansi.