Beranda Lokal Siswa di Kalsel Harus Berlayar 17 Jam demi Ikuti Ujian Nasional

Siswa di Kalsel Harus Berlayar 17 Jam demi Ikuti Ujian Nasional

Delapan belas siswa dari sekolah menengah pertama SMPN 2 Pulau Sembilan di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, harus menempuh 17 jam jarak menyeberangi laut dengan perahu nelayan guna mengikuti ujian nasional berbasis komputer (UNBK) yang diadakan di ibukota kabupaten.

Perahu tambangan
Ilustrasi perahu tambangan

Sekolah menengah pertama di seluruh negeri secara bersamaan mengadakan UNBK dari Senin hingga Kamis.

Pemerintah telah mendorong sekolah untuk mengadakan ujian berbasis komputer, sebagai pengganti ujian berbasis kertas biasa, kebijakan yang membuat sejumlah sekolah kekurangan komputer dan koneksi internet untuk mengadakan ujian di sekolah lain.

Kepala SMPN 2 Pulau Sembilan Abdul Latif mengatakan bahwa sekolahnya tidak dapat menyelenggarakan UNBK karena kurangnya komputer, listrik, dan koneksi internet. Sekolah kemudian mengadakan ujian di SMAN 2 Kotabaru, yang terletak di ibukota kabupaten.

Dia mengatakan bahwa untuk sampai ke ibukota, dia, empat guru dan 18 siswa harus naik perahu nelayan dari Pulau Matasirih, Jumat lalu.

“Ada kapal penumpang, tetapi jadwalnya tidak sesuai dengan jadwal kami,” kata Abdul di Kotabaru, Rabu, seperti dilansir Antara.

Para siswa dan guru harus duduk di palka kapal sempit saat ombak besar terus menghantam mereka sepanjang perjalanan, kenangnya.

Perahu nelayan akhirnya menjatuhkan sauh pada hari berikutnya.

“Kami berharap pemerintah memperhatikan situasi kami. Kami tidak keberatan menyeberangi laut, tetapi mengalami angin kencang dan ombak besar membuat kami merasa khawatir,” katanya.

Untuk memastikan partisipasi siswa dalam UNBK, sekolah harus mengeluarkan lebih dari Rp5 juta untuk menyewa kapal, rumah, dan minivan agar sampai ke sekolah.

Abdul mengatakan sejumlah kecil dana operasional sekolah (BOS) tidak dapat menutupi biaya.

Untuk menutupi biaya yang dibutuhkan, sekolah telah menggunakan dana talangan daripada meminta uang dari orang tua murid.

Masalah uang juga menghalangi siswa untuk berpartisipasi dalam simulasi UNBK sebelumnya. Akibatnya, mereka hanya bisa belajar menggunakan komputer sesaat sebelum ujian sesungguhnya.

“Kami hanya perlu waktu untuk belajar menggunakannya. Lebih baik menggunakan komputer, daripada pensil, karena lebih cepat,” kata salah seorang siswa, Halmahera.