Beranda Pengetahuan Inilah Suka Dukanya Menjadi Seorang Penulis

Inilah Suka Dukanya Menjadi Seorang Penulis

Suka dukanya menjadi seorang penulis artikel

Saat-saat mulai menulis, entah itu artikel. cerita fiksi, apalagi buku, merupakan saat yang paling sulit bagi seorang pengarang. Ia begitu tercekam oleh berbagaigagasan yang berkelabat dalam benaknya. Kemudian, ia akan menangkap gagasanitu dan mengembangkannya. Namun ketika ia akan menangkap, ternyata tidak begitu saja persoalan selesai. Adakalanya, bahkan sering gagasan atau ide yang sudah diyakini menarik itu mendadak menggeliat lagi dan menampakkan kelemahannya.Lalu, si pengarang memulai lagi dari awal, mencari dan membayangkan lagi, sampaiakhirnya ia yakin telah menemukan gagasan atau ide yang paling tepat.

Tidak salah kalau dikatakan bahwa pekerjaan seorang penulis atau pengarang itu sesungguhnya pekerjaan yang menguras energi pikiran meskipun di lain pihak nenimbulkan kepuasan manakala sebuah karya tulisnya berhasil diselesaikan. Jika sasaran yang hendak dicapai adalah buku ilmiah yang berbobot, dapat dibayangkan betapa beratnya beban dan pengorbanan seorang penulis. Ia harus mengumpulkan dan membaca sekian banyak buku referensi, merancang kerangka tulisan, mendiskusikan, merenung, bahkan harus memeras otak habis-habisan. Itu akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

Walaupun naskah telah selesai dikerjakan, ternyata proses mengubah naskah tersebut menjadi buku masih panjang. Pertama-tama, naskah diserahkan kepada penerbit. Kemudian, negosiasi antara penerbit dan pengarang mengenai berbagai hal, sampai kedua belah pihak sepakat untuk menerbitkan buku atau naskah tersebut. Proses selanjutya adalah pengeditan, pencetakan, dan penjilidan hingga naskah tadi benar-benar berubah wujud menjadi buku.

Apakah selesai sampai di sana? Jelas, belum! Sang penulis harus menunggu hasil penjualan buku yang ditulisnya. Apabila buku hasil karyanya itu banyak dibeli orang, tercapailah harapannya. Sebab, itu merupakan indikasi bahwa hasil karyanya dibaca oleh banyak orang. Memang agak lain dengan buku-buku proyek yang pada umumnya betoplah besar meskipun tanpa. harus memaksa orang untuk membeli¬nya. Buku-buku yang dibeli melalui proyek itu dibagi-bagikan ke sekolah-sekolah secara gratis.

Setiap penulis mengimpikan bukunya menjadi best seller (laris atau banyak terjual). Ini bukan sekadar soal uang, tetapi kebanggaan. Kalau tiba-tiba pengarang mendengar bahwa buku hasil karyanya dibajak, betapa sedih dan geramnya hati sang penulis. Hasil karya yang ditulis dengan susah payah disertai harapan dan penantian, ternyata harus berhadapan dengan kepahitan. Buku asli menumpuk di toko, sementara buku bajakannya laris luar biasa. Kalau sang penulis hanya geram dan sedih seperti diungkapan di atas, masih mendingan. Akan lebih gawat lagi akibatnya apabila sang penulis yang potensial itu menjadi frustrasi sehingga tidak mau menulis lagi. Akibatnya, masyarakat akan kehilangan hasil-hasil karya yang sebenarnya masih bisa lahir dari kepiawaian yang bersangkutan.