Beranda Lainnya Tiga Peristiwa Kematian Tidak Wajar yang Diduga Karena Kutukan

Tiga Peristiwa Kematian Tidak Wajar yang Diduga Karena Kutukan

Ilustrasi kutukan mata iblis
Ilustrasi kutukan mata iblis

Percaya akan kutukan mata iblis berasal dari zaman kuno. Dimana dalam hal ini, dengan satu tatapan mata dari seorang pelaku (kutukan) bisa menimpa siapa saja yang akan berdampak pada nasib buruk atau bahkan terluka secara fisik.

Sejarah manusia sejak zaman dahulu kala telah banyak dipenuhi dengan kisah-kisah kutukan dan mantra. Dalam tradisi Hawaii kuno, mereka yang mengambil batu dari situs vulkanik akan mengalami nasib buruk akibat kutukan dari dewi Pele. Di Zaman Besi Assyria, “kutukan buku” biasa digunakan untuk melindungi dokumen tertulis, bertujuan mencelakai siapa pun pencuri yang hendak mengambil dengan murka Allah.

Penulis horor Steven King terkenal dengan kutukan-kutukan kreatif dalam setiap buku-bukunya. Dalam film Thinner tahun 1996, berdasarkan novel King, seorang pria gemuk secara tidak sengaja membunuh seorang gipsi dan dikutuk mengalami penurunan berat badan yang sangat cepat dan berlebihan oleh ayah wanita yang ia bunuh.

Dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang yang percaya pada voodoo dan sihir masih bsenantiasa menggunakan mantra kuno untuk membahayakan orang-orang yang mereka benci atau takuti. Kadang-kadang, kutukan yang jauh dari masa silam baru bekerja saat ini hingga menimpa anak keturunannya.

Percaya atau tidak percaya, yang jelas belum ada yang dapat membuktikan secara ilmiah jika kutukan itu benar atau salah. Di bawah ini adalah beberapa peristiwa kematian tidak wajar yang diduga akibat dari kutukan:

Kutukan Mumi King Tutankhamun

Pada 1920-an, arkeolog Inggris Howard Carter telah lama menyisir Lembah Mesir para Raja selama bertahun-tahun namun tanpa hasil, hingga membuatnya hampir putus asa. Keberuntungan tampaknya mulai berpihak pada dirinya ketika pada tahun 1922, dia akhirnya menemukan dan membuka makam Raja Tutankhamun Mesir kuno, yang juga berisi harta karun emas tertutup kayu hitam. Namun banyak yang percaya bahwa penemuan Carter tersebut telah melepaskan kutukan kuat yang tak terbayangkan.

Desas-desus dimulai segera setelah Carter membuka makam Tut, ketika seekor ular kobra — simbol kerajaan Mesir — hampir membunuh burung kenari hewan peliharaan Carter. Beberapa minggu kemudian, George Herbert, Earl of Carnarvon ke-5, yang telah membiayai proyek Tut, meninggal karena keracunan darah setelah ia mencekik dirinya sendiri sembari bercukur. Orang-orang percaya jika goresan cukurnya tepat berada di tempat yang sama dengan tanda di pipi Tut, tetapi Herbert dimakamkan segera sebelum dapat dikonfirmasi lebih lanjut.

Segera, Carter menghadiahkan kepada temannya, Sir Bruce Ingham, hadiah simbolis, pemberat kertas yang terbuat dari tangan mumi yang mengenakan gelang scarab dengan tulisan, “Terkutuklah dia yang menggerakkan tubuhku. Baginya akan datang api, air, dan wabah penyakit”. Rumah Carter tiba-tiba saja terbakar, lalu tanpa diduga-duga juga terkena banjir setelah dia membangunnya kembali.

Korban-korban kutukan King Tut lainnya termasuk ada yang dibunuh, bunuh diri atau meninggal karena penyakit yang tidak wajar. Dalam 12 tahun setelah menemukan makam itu, 8 dari 58 yang ada di sana ikut serta pembukaan peti sudah mati. Carter sendiri, yang tidak pernah percaya pada kutukan, meninggal pada usia 64 tahun 1939, karena limfoma.

Kutukan sang Iceman

Pada tahun 1991, dua pejalan kaki di Pegunungan Alpen Ötztal menemukan mayat manusia prasejarah yang dibalut bulu binatang dan dikelilingi oleh berbagai alat dan senjata. Ketika para ilmuwan menyelidiki mumi yang tampak sangat terawat baik itu, mereka mendapati bahwa mumi itu ternyata sudah berumur sekitar 5.300 tahun; mereka kemudian menamainya Ötzi: sang Iceman. Hari ini, mumi tersebut dipajang di peti mati khusus di Bolzano, Italia.

Para peneliti yang ikut serta bekerja dalam proyek Iceman segera mulai mengalami nasib buruk, dan desas-desus menyebar bahwa Ötzi mungkin marah karena istirahatnya yang sudah berlangsung selama 53 abad itu terganggu dan mengutuk semua orang yang telah mengganggunya. Informasi menyebutkan bahwa sudah ada tujuh orang sejauh ini telah meninggal sebagai akibat dari kutukan itersebut.

Yang pertama datang pada ahli patologi forensik Rainer Henn, yang tewas dalam kecelakaan mobil saat mengemudi ke konferensi Ötzi. Helmut Simon, salah satu pejalan kaki yang menemukan mayat itu, meninggal pada ketinggian 300 kaki di Pegunungan Alpen dan ditemukan membeku di bawah salju. Salah satu dari mereka yang ikut bersama Simon meninggal karena serangan jantung setelah pemakaman pendaki itu. Berbagai peristiwa kecelakaan dan penyakit yang menewaskan terus terjadi yang diduga korban dari kutukan Ötzi. Meskipun banyak pula peneliti yang ikut serta menyelidiki penemuan tersebut masih hidup.

Pulsa Denura

Meskipun dalam hukum Yahudi melarang keras berdoa untuk kematian orang lain, beberapa orang percaya pada tradisi pulsa denura (bahasa Aram yang berarti “bulu mata api”), suatu kutukan terhadap mereka yang melanggar perintah-perintah Tuhan Allah.

• Dua perdana menteri Israel telah meninggal setelah diduga menjadi sasaran pulsa denura. Kelompok sayap kanan Israel Gush Emunim percaya bahwa Perdana Menteri Yitzhak Rabin telah melanggar janji Tuhan dengan mengakui orang-orang Palestina dan menyetujui penarikan sebagian pasukan Israel dari Tepi Barat. Pada 6 Oktober 1995, Gush Emunim mengakui telah melakukan ritual pulsa denura kepada Rabin. Sebulan kemudian, perdana menteri tersebut dibunuh.

• Pada tanggal 26 Juli 2005, sekelompok radikal Israel berkumpul di pemakaman untuk melancarkan kutukan pulsa denura kepada Perdana Menteri Ariel Sharon karena menyetujui pembentukan wilayah Palestina di Tepi Barat. Beberapa hari sebelum pemilihan 2006, Sharon menderita stroke dan koma. Dia tidak pernah sadar kembali dan meninggal delapan tahun kemudian.