Beranda Dunia Zeljava, Pangkalan Militer Terbesar Eropa yang Terbengkalai

Zeljava, Pangkalan Militer Terbesar Eropa yang Terbengkalai

Terletak di perbatasan antara Kroasia dan Bosnia-Herzegoniva, di bawah pegunungan Pijesevica, pangkalan udara Zeljava adalah pangkalan militer bawah tanah terbesar di wilayah bekas Yugoslavia, dan juga menjadi salah satu yang terbesar di Eropa. Mengintip fasilitas di dalamnya, Zeljava memiliki terowongan yang berukuran cukup besar untuk menyimpan pesawat skuadron berikut dengan personil dan perlengkapan hidup selama lebih dari sebulan.

Pada dekade antara tahun 1991 dan 2001, Yugoslavia mengalami beberapa kali perang etnis yang mengakibatkan hancurnya negara tersebut. Dalam kurun waktu tersebut, sebuah pangkalan udara bawah tanah yang dikenal dengan nama Zeljava Air Base digunakan untuk dukungan militer pangkalan udara. Pembangunan pangkalan udara tersebut menghabiskan dana mencapai $6 miliar dan dianggap sebagai salah satu proyek paling mahal di Eropa yang kemudian dihancurkan begitu saja agar tidak dikuasai oleh musuh.

Pintu masuk pangkalan militer Zeljava (atlasobscura)

Pembangunan pangkalan udara, yang juga dikenal sebagai Bihac Air Base dan diberi nama kode Objekat 505, dimulai pada 1948 dan selesai pada tahun 1968. Total dana yang digelontorkan mencapai $ 6 miliar atau sekitar Rp80 triliun, tiga kali anggaran militer tahunan Serbia dan Kroasia yang digabungkan, dan merupakan salah satu dari proyek-proyek konstruksi yang paling mahal di Eropa.

Berada di dalam area pintu masuk (Wikipedia)

Fungsi dari pangkalan udara ini adalah untuk memfasilitasi jaringan radar peringatan dini nasional di Republik Federal Sosialis Yugoslavia (SFRY). Radar tersebut berada di pegunungan Pijesevica, terletak di sebuah pusat jaringan pertahanan udara canggih, meliputi wilayah udara dan wilayah Yugoslavia dan banyak lagi lainnya.

Pangkalan militer Zeljava memiliki lima landasan pacu, beberapa pelacak mobile jarak dekat dan penargetan radar, situs rudal, sistem pencegat rudal mobile, pangkalan infanteri bermotor, dua jet tempur yang selalu siap siaga, stasiun polisi militer dan bahkan pondok berburu bagi para pemimpin sipil atau militer untuk mengisi waktu luang. Meskipun akses poin yang dijaga ketat dengan perintah untuk membunuh pelanggar apapun, dalam prakteknya, mereka hanya berpaling.

Bangkai pesawat terbengkalai
Pesawat terbang militer yang terbengkalai (panoramio)
Ruang kemudi pesawat (wikimedia)
Pesawat terbang terbengkalai lainnya (Thomas Windisch/Exclusivepix Media)

Konstruksi bangunan Zeljava dipastikan sangat aman untuk bisa menahan serangan langsung dari bom nuklir dua puluh kiloton, mirip dengan yang dijatuhkan di Nagasaki.

Ruangan dalam pangkalan militer Zeljava (Wikipedia)

Pangkalan udara tersebut digunakan secara ekstensif pada tahun 1991 selama perang Yugoslavia. Landasan pacu itu kemudian dihancurkan oleh Tentara Rakyat Yugoslavia sendiri, dan benar-benar hancur oleh Militer Serbia Krajina pada tahun 1992 untuk mencegah digunakan oleh musuh.

Sisa-sisa kehancuran pangkalan militer Zeljava (Wikipedia)

Selama ditarik mundur, Tentara Rakyat Yugoslavia sengaja meletakkan peledak di ruang pre-built yang secara eksplisit dirancang untuk tujuan menghancurkan landasan pacu. Militer Serbia Krajina menggunakan lima puluh enam ton bahan peledak untuk menghancurkan fasilitas. Ledakan itu begitu kuat sehingga mengguncang Bihac, sebuah kota di dekatnya, dan menurut penduduk desa, asap terlihat masih mengepul selama enam bulan. Hal ini juga menyebabkan kerusakan besar pada lingkungan sekitarnya.

Ada beberapa upaya pemerintah untuk merekonstruksi fasilitas tersebut namun semua dibatalkan karena keterbatasan keuangan. Suaka bagi para migran dijadwalkan buka pada tahun 2004 atau 2005, namun ide tersebut akhirnya tertunta dan gagal tidak terlaksana. Sempat juga akan dikembangkan menjadi bagian dari Basis Pelatihan Militer Slunj dan barak di Kompleks Udbina, namun tidak terlaksana karena perjanjian yang melarang setiap fasilitas militer setidaknya berjarak lima belas kilometer di perbatasan antara Kroasia dan Bosnia Herzegovina.