Beranda Kesehatan 5 Mitos Umum Berkaitan Medis yang Masih Banyak Dipercaya

5 Mitos Umum Berkaitan Medis yang Masih Banyak Dipercaya

Perilaku atau ajaran tertentu yang sering kita lakukan secara berulang-ulang akan menjadi sebuah keyakinantersendiri tanpa disadari. Begitupula, kecenderungan pola didik orangtua terhadap anak-anaknya di masa kecil juga bisa membentuk suatu keyakinan khusus yang memengaruhi karakter mereka saat dewasa.  

Hal yang sama juga berlaku dalam dunia medis dan kesehatan pada umumnya. Sejak awal, orang tidak memiliki pemahaman yang luas dan mumpuni tentang pengobatan. Oleh karena itu, hal tersebut kemudian memunculkan keyakinan mitos yang terus diturunkan dari generasi ke generasi.  Berikut ini adalahlima mitos paling umum berkaitan dengan medis yang ternyata masih dipercayai banyak orang.

1. Orang harus minum setidaknya 8 gelas air putih sehari

Mitos minum air 8 gelas sehari
Mitos minuma air 8 gelas sehari

Faktanya: Jumlah air yang dikonsumsi seseorang tergantung pada banyak faktor termasuk kesehatan, aktivitas, dan bahkan tempat dimana ia tinggal.

Gagasan ini diyakini pertama kali berasal dari rekomendasi Badan Internasional Food and Nutrition di tahun 1945. Kebanyakan orang tidak tahu atau kurang teliti dalam membaca karena sebenarnya ada kalimat lain yang mendukung rekomendasi tersebut . Kalimat itu berbunyi, “Sebagian besar kuantitas itu sudah ada dalam makanan yang kita makan.” Bagian kedua umumnya diabaikan dan dengan demikian muncullah mitos minum delapan gelas air putih per hari dan terus berkembang sampai hari ini.

Menurut Mayo Clinic, orang hanya perlu meminum jumlah air yang diperlukan untuk mengganti air hilang sepanjang hari. Jumlah air tersebut masih bergantung pada berbagai faktor yang berkaitan dengan tubuh dan kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, seseorang yang melakukan pekerjaan fisikcenderung kehilangan lebih banyak air daripada orang yang bekerja diam (di kantor misalnya). Juga, seseorang yang hidup dalam cuaca panas kehilangan lebih banyak air daripada orang yang hidup dalam kondisi cuaca dingin.

Selain dari air minum, tubuh kita juga mendapat asupan air melalui berbagai sumber lain seperti buah dan sayuran yang kita makan. Stiap kali tubuh kita butuh air, otak akan mengirimkan sinyal dengan membuat kita merasa haus. Sebenarnya, sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa mengkonsumsi air yang berlebihan justru bisa berbahaya bagi tubuh kita. Kelebihan air bisa menurunkan kadar sodium dalam darah yang menyebabkan keracunan air (juga dikenal sebagai hyponatremia).

2. Manusia hanya menggunakan 10% dari kapasitas otaknya

Mitos otak manusia
Mitos otak manusia

Faktanya: Kita sebenarnya telah menggunakan hampir setiap bagian dari kapasitas otak yang kita miliki dan kenyataannya, otak selalu aktif hampir setiap saat.

Salah satu kepercayaan umum paling populer di masyarakat menyebutkan bahwa manusia hanya menggunakan 10% daru kapasitas kemampuan otaknya.Asal mula keyakinan ini dapat ditelusuri bermula pada tahun 1800an. Penggunaan 10% mitos kemampuan otak sebenarnya adalah legenda urban semata.

Menurut ahli saraf Barry Gordon, kita menggunakan seluruh bagian otak kita. Pernyataannya telah didukung oleh banyak bukti. Pemindaian otak menunjukkan bahwa otak kita selalu aktif. Sedikit kerusakan pada bagian otak kita bisa menghasilkan perubahan begitu drastis. Hal ini tidak mungkin terjadi bila kita hanya menggunakan 10% dari keseluruhan otak kita. Dengan menggunakan pemindaian otak, para dokter menemukan bahwa, bahkan saat kita tidur sekalipun semua bagian otak kita menunjukkan beberapa tingkat aktivitas.

3. Karat besi dapat menyebabkan infeksi tetanus

Mitos besi karat penyebab titanus
Mitos besi karat penyebab titanus

Faktanya: Karat tidak menyebabkan virus tetanus. Hal ini semata-mata disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang umumnya ditemukan di lingkungan kotor

Gagasan bahwa karat dapat menyebabkan tetanus berasal saat Perang Dunia II ketika banyak tentara terinfeksi dan bahkan sampai meninggal karena penyakit ini. Sebagian besar tentara terinfeksi karena luka tusukan yang dalam dan bukan dari potongan kecil atau serbuk logam berkarat. Mitos ini terus berlanjut, dan meyakini bahwa yang menyebabkan tetanus adalah karat besi.

Tetanus sebenarnya disebabkan oleh bakteri yang disebut Clostridia tetani. Bakteri ini tumbuh subur di lingkungan yang kotor. Logam secara alamiah akan berkarat saat lama tidak digunakan dan kotoran juga akan mulai berkumpul di sekitarnya. Kotoran ini dapat menampung bakteri Clostridia tetani yang bisa masuk ke tubuh kita melalui luka yang menyebabkan tetanus.

Pada dasarnya, seseorang terinfeksi dari tetanus karena bakteri yang tumbuh di tanah dan bukan karena karat. Jadi, bahkan jika Anda terluka dari benda yang tidak berkarat, meskipun bukan logam, tapi kotor, maka Anda juga tetap berisiko tertular tetanus.

4. Skizofrenia menyebabkan seseorang memiliki kepribadian ganda

Mitos tentang penyakit skizofrenia
Mitos tentang penyakit skizofrenia

Faktanya: Skizofrenia dan multiple personality disorder adalah dua gangguan mental yang berbeda.

National Institute of Mental Health mendefinisikan skizofrenia sebagai “gangguan jiwa kronis dan berat yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dwlam kehifupan sehari-hari. Orang dengan skizofrenia mungkin tampak seperti mereka telah kehilangan kontak dengan dunia nyata. “Orang-orang yang menderita skizofrenia sering menderita delusi dan halusinasi akut. Mereka mungkin memiliki keyakinan salah atau seringkali mendengar dan melihat hal-hal yang tidak ada. Banyak orang menafsirkan aspek skizofrenia ini memiliki kepribadian tersendiri.

Sebenarnya, kepribadian ganda, juga dikenal sebagai disociative identity disorder (DID), adalah penyakit yang sama sekali berbeda dengan skizofrenia. Seseorang yang menderita DID memiliki banyak sekali identitas atau kepribadian yang berbeda-beda.Setiap identitas tersebut memiliki suara, cara, dan karakteristiknya tersendiri. DID biasanya terjadi pada orang yang pernah mengalami trauma berat selama masa kecilnya.

5. Vaksin menyebabkan gangguan autisme

Vaksin menyebabkan gangguan autisme
Vaksin menyebabkan gangguan autisme

Faktanya: Vaksin tidak menyebabkan gangguan autis atau spektrum autisme.

Pada tahun 1998, periset Inggris menerbitkan sebuah makalah yang menyatakan bahwa vaksin MMR (vaksin campak-gondok-rubela) dapat menyebabkan autisme. Studi mereka mendapat publisitas besar karena di daat yang sama banyak anak yang didiagnosis mengalami kondisi ini. Seiring populernya studi tersebut, dokter lain juga memulai penelitian mereka sendiri untuk menemukan kaitan antara vaksin dan autisme. Tapi tidak satupun dari mereka menemukan bukti valid yang mendukung klaim tersebut. Belakangan, ditemukan bahwa peneliti yang mempublikasikan hasil penelitian tersebut ternyata telah disuap. Jadi, jurnal yang menerbitkan klaim tersebut akhirnya mencabut publikasi tersebut.

Setahun setelah penelitian Inggris tersebut, sebuah ketakutan baru mengenai vaksin mulai berkembang. Diperkirakan bahwa zat yang disebut thimerosal yang digunakan pada vaksin anak dapat menyebabkan autisme. Sekali lagi, banyak penelitianilmiah telah dilakukan, namun para periset tetap tidak menemukan kaitan antara keduanya. Namun, pada tahun 2001 atas desakan American Academy of Pediatrics dan Dinas Kesehatan A.S., kandungan thimerosal akhirnya tetap diambil dari kebanyakan vaksin anak-anak.