Beranda Dunia 10 Fakta Nauru, Negara Kaya Raya yang Kini Jadi Miskin Sedunia

10 Fakta Nauru, Negara Kaya Raya yang Kini Jadi Miskin Sedunia

Nauru adalah sebuah pulau yang memiliki luas sekitar delapan setengah mil persegi dengan populasi penduduknya kurang lebih sekitar 10.000 orang. Terletak di Pasifik Selatan berada di tengah-tengahnya antara Australia dan Hawaii. Negara ini memiliki sejarah menarik yang sarat akan pelajaran hidup di baliknya. Dalam kurun waktu kurang dari tiga dekade, Nauru beralih dari negara terkaya di dunia menjadi salah satu negara termiskin. Semua itu disebabkan karena keserakahan penduduknya sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan, pencucian uang, dan serangkaian money-making schemes (permainan uang) yang kurang dipahami.

1. Pada tahun 1980, Nauru merupakan negara paling kaya, hingga pada tahun 2017, posisinya anjlok menjadi lima negara paling miskin di dunia

Bendera dan wilayah pulau Nauru

Bendera dan wilayah pulau Nauru

Predikat negara paling kaya tersebut diperoleh tak lain karena pendapatan besar pemerintah dengan menjual fosfat. Pulau ini memiliki banyak simpanan batu fosfat bermutu tinggi yang terbentuk sebagai hasil dari guano seabird selama beberapa milenium. Pada tahun 1975, negara tersebut mendapatkan uang sebesar $ 2,5 miliar yang menjadikannya negara dengan pendapatan tertinggi per penduduk di dunia. Pendapatan sebesar itu membuat pemerintah membebaskan pajak dan memberikan layanan penting secara gratis termasuk perawatan kesehatan, perawatan gigi, transportasi bus, dan pendidikan. Jika ada salah satu penduduk Nauru membutuhkan perawatan medis yang tidak tersedia di pulau itu, pemerintah yang akan membayar untuk menerbangkannya ke Australia. Selain itu, orang-orang Nauran (julukan warga negara Nautu) yang berkualitas bisa pergi ke universitas di Australia secara gratis. Tak hanya itu, perumahan pemerintah juga tersedia dengan harga sangat murah kurang dari $ 5 per bulan. Tapi kejayaan Nauru tiba-tiba runtuh saat persediaan fosfat mulai habis.


2. Nauru mulai mengalami kekeringan berkepanjangan dan ada teori yang menyebutkan bahwa itu disebabkan oleh “efek oven”, akibat penambangan secara besar-besaran

Kerusakan lingkungan akibat pertambangan

Kerusakan lingkungan akibat pertambangan

Selama bertahun-tahun, penambangan fosfat yang luas telah menghasilkan hampir 80% interior pulau menjadi tidak dapat dihuni karena ditutupi oleh tambang di permukaan yang ditinggalkan. Bahkan fenomena ini digambarkan sebagai “padang pasir bergerigi yang tandus,” penuh dengan kanal batu, tonjolan karang, dan menara batu kapur. Akibatnya, penduduk pulau hanya tinggal di tepi-tepi luar pulau.

3. Pada awal 1990-an, sumber fosfat mulai padam. Pemerintah mencoba cari sumber pendapatan lain dengan berbagai cara namun akhirnya justru bangkrut. Salah satu rencananya adalah berinvestasi di sebuah pertunjukan teater musikal.

teater musik

Ilustrasi teater musik

Salah satu penasihat keuangan pemerintah sebelumnya adalah seorang roadie untuk sebuah band pop Inggris dan telah turut menulis musikal dengan penyanyi utama band tersebut. Musikal ini didasarkan pada kehidupan Leonardo Da Vinci dan disebut “Leonardo the Musical: A Portrait of Love.” Penasihat keuangan tersebut meyakinkan pemerintah untuk membiayai pertunjukan tersebut.

Pertunjukan debutnya di London pada bulan Juni 1993, namun sayang justru sebagian besar penonton pergi sebelum pertunjukan berakhir. Hal itu ditentang oleh kritikus karena plot bertele-tele dan akhirnya acara malah ditutup beberapa minggu kemudian. Dengan berinvestasi dalam pertunjukan tersebut, pemerintah kehilangan sekitar $ 7 juta menurut jumlah mata uang hari ini.

Itu bukan satu-satunya kasus Nauru memiliki keberuntungan yang buruk dengan penasihat keuangannya. Penasihat lain juga tercatat pernah menggelapkan $ 60 juta dari negara tersebut. Juga, pemerintah Nauru jatuh karena penipuan investasi pada tahun 1992 dan sampai kehilangan uang sebanyak $ 30 juta. Penipuan itu melibatkan penjualan investor seperti Nauru “prime bank notes” yang konon diperdagangkan secara rahasia oleh orang-orang super kaya.

4. Skema money making lainnya yang sempat dipertimbangkan oleh pemerintah Nauru termasuk membuat meja kopi dan menjajal industri seks telepon.

Ilustrasi meja kopi dan telepon seks

Seorang pejabat pemerintah mengatakan ada beberapa diskusi tentang perizinan kode telepon Nauru digunakan untuk 1-900 jalur seks telepon. Pada tahun 2000, presiden mengatakan Nauru sedang mempelajari sebuah proposal untuk memotong lempengan dari puncak batu kapur di pulau itu dan menggunakannya untuk membuat meja kopi untuk kemudian dijual di Barat.

Nauru bahkan juga pernah menggunakan keanggotaannya di Majelis Umum PBB untuk menghasilkan uang. Negara-negara yang tidak dikenal, seperti republik Abkhazia dan Ossetia Selatan, telah membayar Nauru puluhan juta untuk membantu melegitimasi mereka untuk “mengenali” negaranya.

5. Salah satu cara pemerintah berhasil menghasilkan uang adalah dengan menawarkan kesempatan kepada negara lain untuk mendirikan bank di pulau ini. Nauru mengkhususkan diri pada “Shell Bank”, yang nyatanya hanya ada di atas catatan kertas saja

Ilustrasi bank dan pencucian uang

Bank-bank Shell di Nauru bebas dari persyaratan standar untuk mencatat transaksi besar yang membuatnya begitu ideal untuk pencucian uang. Pada tahun 2000, Nauru memiliki setidaknya 400 bank shell yang terdaftar di pulau ini. Tapi karena bank shell hanya ada di atas kertas, sistem perbankan Nauru hanya terdiri dari sekumpulan komputer saja.

6. Hukum perbankan yang longgar di Nauru membuatnya menarik bagi para mafia Rusia. Pada tahun 1998, mereka mendirikan bank shell dan mencuci uang lebih dari $ 70 miliar melalui Nauru.

Ilustrasi bendera Rusia dan mafia

Operasi pencucian uang tersebut dianggap bertanggung jawab atas lumpuhnya perekonomian Rusia. Pada tahun 2000, lebih dari separuh 400 bank shell di pulau itu dimiliki oleh klien Rusia. Karena negara ini tidak menyimpan catatan transaksi bank shell, Nauru tidak menghasilkan uang berdasarkan jumlah dana yang melewati bank. Sebagai gantinya, mereka hanya mengumpulkan biaya awal sebesar $ 20.000 dan biaya perpanjangan tahunan sebesar $ 1.000.

7. Pada tahun 2000, presiden Nauru mencoba memeras $ 10 juta dari Departemen Keuangan AS. Dia menulis sebuah surat yang meminta uang tersebut dan mengatakan bahwa dia akan memperbaiki sistem perbankan Nauru.

Ilustrasi segel dan surat pemerintah

Bank shell Nauru digunakan dalam skandal pencucian uang Bank of New York tahun 1999 yang melakukan pencucian uang sebanyak $ 7 miliar, sehingga AS menekan Nauru untuk mengubah undang-undang perbankannya.

Dalam surat tersebut, presiden mengatakan bahwa dia hanya akan mengubah undang-undang tersebut jika AS membayar $ 10 juta. Surat tersebut mengklaim bahwa uang tersebut hanyalah kompensasi atas kerugian Nauru karena “tuduhan tidak berdasar” atas pencucian uang.

Sebagai tanggapan, sekretaris deputi keuangan mengatakan dalam sebuah pidato bahwa “Nauru seharusnya tidak mengharapkan untuk menerima cek besar dalam waktu dekat.” Sebaliknya, Nauru diberi sanksi paling keras di negara manapun. Bank-bank Barat sekarang justru tidak akan mengizinkan sama sekali segala bentuk transaksi yang melibatkan Nauru.

8. Pada tahun 2001, Australia menolak masuk ke 434 pengungsi dan membayar Nauru untuk menampung mereka sementara. Untuk mencegah pengungsi selanjutnya datang ke Australia, orang-orang diperlakukan seperti penjahat dan ditahan di pusat penahanan dalam kondisi yang mengerikan. Setelah kelompok pengungsi pertama tersebut, Australia terus mengirim lebih banyak lagi.

Rombongan dan kamp pengungsi

Selain Nauru, Australia juga mengirim pengungsi ke kamp-kamp serupa di Papua Nugini. Pada tahun ini, ada lebih dari 2.000 pengungsi yang saat ini berada dalam sistem lepas pantai Australia. Hal ini ternyata sangat menguntungkan bagi Nauru. Australia telah membayar Nauru dan Papua New Guinea hampir $ 10 miliar selama empat tahun terakhir untuk perumahan pengungsi

Kepala psikiater untuk kamp penahanan mengatakan kondisinya berliku-liku. Ada dugaan kelalaian medis yang menyebabkan kematian, dan juga pelecehan seksual, serta penyiksaan oleh para penjaga. Bahkan setelah satu pengungsi diberi tahu bahwa dia akan menghabiskan 10 tahun berikutnya di sana, dia membakar dirinya di depan sekelompok pejabat kunjungan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Salah satu alasan dan cara pemerintah Nauru untuk menjaga agar perawatan para pengungsi tetap tenang adalah dengan menyulitkan wartawan untuk mendapatkan visa media.


9. Pada tahun 2014, Nauru membuat lebih sulit lagi bagi wartawan asing untuk melapor ke negara tersebut. Pemerintah menaikkan biaya mengajukan permohonan visa media dari $ 200 sampai $ 8.000, dan biaya tersebut tidak dapat dikembalikan meskipun permohonan ditolak.

 

Ilustrasi jurnalis dan harga visa

Politisi oposisi Australia mengatakan bahwa perubahan tersebut kemungkinan diminta oleh pemerintah Australia untuk membatasi liputan media tentang perlakuan terhadap pengungsi di Nauru. Dan, jika biaya yang lebih tinggi tidak mencukupi, beberapa wartawan yang meminta formulir aplikasi visa mengatakan bahwa mereka tidak mendapat tanggapan apa-apa.

10. Pada tahun 2000, presiden Nauru mengatakan bahwa negara tersebut berencana untuk merehabilitasi pulau. Karena tidak ada lapisan atas yang tersisa, diperkirakan bahwa merehabilitasi pulau itu akan menghabiskan biaya $ 300 juta dan memakan waktu 20 tahun.

Kerusakan pulau Nauru akibat pertambangan

Presiden juga mengatakan bahwa mereka berencana untuk meninggalkan satu wilayah di pulau tersebut akibat kerusakan yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Dia mengatakan bahwa daerah tersebut akan diberlakukan sebagai semacam museum, “sehingga generasi masa depan dapat melihat seperti apa keadaannya.” Namun pada tahun 2016, Nauru Rehabilitation Corporation (NRC) milik pemerintah mengatakan bahwa saat ini mereka berfokus pada pembangunan tembok laut untuk menghentikan erosi garis pantai. NRC mengatakan akan memulai proyek penghijauan setelah proyekseawalls tersebut selesai.