Beranda Sains Menurut Ilmuwan, Seperti Inilah Proses Terjadinya Kiamat Bumi

Menurut Ilmuwan, Seperti Inilah Proses Terjadinya Kiamat Bumi

Kiamat Bumi
Ilustrasi kehancuran bumi

Pada tahun 1929, Edwin Hubble menemukan bahwa alam semesta sebenarnya tidaklah tetap, melainkan terus aktif mengembang dan mengembang. Pada tahun-tahun setelah penemuannya, kosmolog kemudian mengambil implikasi dari penemuan Edwin tersebut. Mereka bertanya-tanya berapa lama sekiranya alam semesta ini telah mengembang?, kekuatan apa pula yang menyebabkan ekspansi tersebut?, dan apakah suatu saat nanti akan berhenti?.

Ahli kosmologi cukup yakin tentang pertanyaan pertama: hampir sekitar 14 miliar tahun. Banyak bukti yang mendukung jawaban utama untuk pertanyaan kedua: Alam semesta dengan cepat muncul dari singularitas dalam peristiwa yang oleh para kosmolog disebut sebagai Big Bang.

Pertanyaan ketiga sedikit lebih misterius, dan jawabannya bergantung pada fenomena membingungkan yang dikenal sebagai energi gelap (dark energy). Kepadatan energi gelap di alam semesta menentukan nasib akhirnya. Dalam satu skenario, alam semesta tidak memiliki energi gelap yang cukup untuk selamanya menangkal gravitasinya sendiri dan dengan demikian berakhir dengan “Big Crunch” atau kehancuran terbesar.

Dalam skenario ini, gravitasi alam semesta akan mengatasi perluasannya sendiri dan kosmos akan runtuh dengan sendirinya, menghasilkan singularitas yang dapat memicu Big Bang lainnya. Namun, bukti yang dikumpulkan para kosmolog selama beberapa dekade terakhir justru membuat kita menjauh dari skenario ini.

Agar Big Crunch terjadi, kita akan melihat tanda-tanda bahwa gravitasi mampu mengungguli energi gelap, memperlambat ekspansi. Namun, pengukuran galaksi jauh mengindikasikan bahwa ekspansi kosmik tidak melambat , justru malah semakin cepat. Rupanya, kepadatan energi gelap di ruang hampa udara terlalu tinggi untuk memungkinkan terjadinya Big Crunch.

“Ada yang mengatakan dunia akan kiamat dengan api. Ada pula yang mengatakan dalam es”

-ROBERT FROST-

“Ini adalah cara dunia kiamat
Bukan dengan letusan tetapi tangisan (mungkin bencana)”

-T.S. ELIOT-

Hal ini menimbulkan dua kemungkinan nasib bagi kosmos:

1). Pembekuan Besar, dimana akselerasi akhirnya berhenti tetapi alam semesta terus mengembang, menciptakan sistem dimana panas menjadi terdistribusi secara merata, sehingga tidak ada ruang bagi energi yang dapat digunakan untuk eksis dan dengan demikian, “panas mati ”Atau…

2). Big Rip, dimana perluasan alam semesta terus berakselerasi selamanya. Dalam skenario sebelumnya, alam semesta akan semakin menjadi lebih gelap dan lebih dingin sampai akhir zaman. Lebih lanjut, semua materi hingga partikel yang paling mendasar akan terkoyak habis.

Semua data baru-baru ini dari observatorium ruang Planck dan Sloan Digital Sky Survey menunjukkan hanya ada energi gelap yang cukup untuk melanjutkan ekspansi alam semesta, tetapi tidak cukup untuk membuatnya berakselerasi selamanya.

Kesimpulan ini menunjuk pada Pembekuan Besar, atau “kematian panas” dari alam semesta. Ilmu pengetahuan paling mutakhir menuntun kita pada kesimpulan bahwa alam semesta kita, sesuai pendapat Robert Frost kemungkinan besar akan berakhir dalam es daripada terbakar.

Akan tetapi, hal itu pula mengasumsikan bahwa apa yang kita yakini tentang energi gelap adalah benar. Mengingat bahwa energi gelap itu sendiri adalah sebuah fenomena yang tersembunyi jauh dalam misteri, asumsi semacam itu dianggap belum bisa dijadikan bukti utama akan misteriusnya alam semesta ini.