Beranda Sains Tahun 2040, Kita Tidak Harus Bunuh Hewan untuk Bisa Makan Daging

Tahun 2040, Kita Tidak Harus Bunuh Hewan untuk Bisa Makan Daging

Potongan daging sapi
Potongan daging sapi

Tentu Saja, sumber utama daging saat ini adalah dari hewan yang disembelih seperti ayam, sapi, kambing dan lain-lain. Jumlah konsumsi jika tidak diimbangi dengan pasokan daging yang memadai akan menyebabkan kelangkaan di mana-mana. Terlebih seiring meningkatnya kebutuhan manusia saat ini. Sehingga harga-harga daging akan meroket naik di semua wilayah.

Para ilmuwan saat ini tengah berusaha menciptakaan daging buatan, dan pada tahun 2040 nanti, sebagian besar “daging” yang umum kita konsumsi saat ini akan berbeda dari daging biasanya. Upaya ilmuwan ini juga bertujuan untuk melestarikan ekosistem alam yang ada.

Apa yang akan menjadi daging di masa depan?

Para ilmuwan mengatakan bahwa daging di masa depan tidak datang dari rumah jagal atau bahkan dari peternakan keluarga, tetapi dari tong-tong dan tanaman. Perusahaan seperti Beyond Meat, Impossible Foods, dan Just Foods telah bereksperimen dan sukses dengan penggantian daging nabati; lebih dari $1 miliar dolar telah diinvestasikan dalam penelitian ilmu perdagingan baru.

Ketiga perusahaan ini semuanya fokus pada penciptaan produk pengganti daging nabati. Cepat atau lambat, banyak perusahaan lain juga akan meniru kesuksesannya. Perusahaan ini tengah bekerja untuk membuat produk daging yang secara resmi adalah daging tetapi tidak berasal dari hewan yang pernah hidup. Perusahaan ini dan ilmuwannya berharap dapat menumbuhkan sel-sel daging dalam budaya yang terkontrol untuk menciptakan produk daging tanpa pengolahan hewan dan terkait konsekuensi lingkungan.

Sebuah laporan oleh AT Kearney, badan konsultan global, mewawancarai sejumlah pakar di seluruh dunia dalam bidang produksi daging, pertanian, dan masa depan daging sebagai kelompok makanan dalam pengertian konvensional. Prediksi mereka adalah, bahwa pada tahun 2040 nanti, 35% daging akan dibudidayakan di laboratorium dan 25% “daging” akan menjadi pengganti daging nabati.

Para penulis laporan AT Kearney yakin bahwa saat orang terus belajar tentang dan memahami dampak lingkungan dari makan daging serta merasakan manfaat alternatif daging non-tradisional, produk daging baru ini akan dengan cepat menyalip peternakan dan produk makanan yang bersumber dari daging tradisional.

Apa manfaat “daging” baru ini?

Salah satu kekhawatiran utama tentang makan daging yang berlebihan adalah dampak lingkungan yang besar terhadap produksi daging di seluruh dunia. Hewan yang pada akhirnya akan menjadi daging tentu membutuhkan banyak lahan-lahan yang bisa digunakan untuk perumahan atau menanam makanan yang menggunakan ruang lebih efisien daripada sapi atau domba yang merumput.

Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang di dunia bisa bahagia, sehat, dan kenyang tanpa daging dan susu. Di samping itu, lahan pertanian yang digunakan saat ini juga akan berkurang hingga 75%. Meskipun 83% dari tanah pertanian dunia saat ini digunakan untuk memproduksi daging dan susu, produk-produk tersebut hanya mampu menyumbang 37% dari protein harian rata-rata orang (dan hanya 18% dari kalori harian kita). Lebih buruk lagi, tanah pertanian ini dan ternaknya menyumbang 60% dari keseluruhan emisi gas rumah kaca dunia dan lebih dari 50% polusi udara dan polusi air dunia.

Perusahaan terkenal seperti Tofurkey masih menjual kalkun tanpa daging, dan juga memproduksi irisan deli tanpa daging yang bisa kita nikmati saat ini. Quorn dan Gardein adalah alternatif makanan daging yang non-daging lebih baru untuk dicoba (Gardein dibuat oleh koki vegan milik Oprah), dan bahkan ada perusahaan Morning Star Farms telah menawarkan koleksi lengkap daging ayam, sosis, dan daging sapi tanpa daging hewan sama sekali.